Api Pencerahan dari At-Ta’lim

Pada peringatan Hari Guru Nasional, 25 November, nama Syaikh Ahmad Surkati menjulang sebagai cahaya yang tak pernah padam dalam sejarah pendidikan Indonesia. Di awal abad ke-20, ketika bangsa ini masih bergerak dalam gelap penjajahan dan ketidaksetaraan sosial, Surkati berdiri dengan keyakinan kokoh bahwa pendidikan adalah jalan utama mengangkat martabat manusia. Ia melihat kebodohan sebagai pasung yang menahan umat dari kemuliaan, dan guru sebagai tangan pembebas yang mengubah nasib manusia dari kegelapan menuju pencerahan. Di hadapan para murid dan sahabatnya, Surkati menegaskan dengan suara bergetar namun teguh:

“Jadikanlah Al-Irsyad itu dengan makna yang sesungguhnya, bahwa Al-Irsyad itu adalah At-Ta’lim, sekali lagi At-Ta’lim, sekali lagi At-Ta’lim.”

Pengulangan itu bukan sekadar ungkapan retoris, melainkan sumpah suci, bahwa pendidikan adalah jiwa dari seluruh gerak perjuangannya.

Menurut Surkati, sistem pendidikan harus mencerminkan kebutuhan masyarakat, bukan menjadi menara gading yang terpisah dari kenyataan. Pendidikan, katanya, harus mampu memberikan perbaikan lahir dan batin, meningkatkan taraf hidup, dan menumbuhkan kemandirian. Ia menolak pendidikan yang hanya memupuk gelar tanpa makna, ia menolak pengetahuan yang berdiri di atas keangkuhan. Baginya, pendidikan yang ideal harus memadukan dimensi ilahiyah dan insaniyah, bersinergi dengan nilai ketuhanan dan kemanusiaan. 

Pendidikan tidak boleh tercerabut dari akar masyarakat, ia harus menciptakan ruang yang memberi kepuasan terhadap kebutuhan dan potensi masyarakat, disesuaikan dengan kondisi geografis, sosial, dan budaya. Pendidikan yang hidup adalah pendidikan yang menyatu dengan denyut nadi masyarakat, bukan yang sibuk membangun tembok pemisah antara sekolah dan realitas kehidupan.

Karena pandangan itulah, Al-Irsyad tampil sebagai pelopor gerakan pendidikan modern, menghapus taqlid membabi-buta, memuliakan kesetaraan manusia, menghidupkan ilmu pengetahuan alam, dan membuka jalan komunikasi intelektual antara Indonesia dan dunia Arab. Prinsip gerakannya jelas, memurnikan akidah, menegakkan kesetaraan, memerangi kebodohan, dan menyebarkan ilmu sebagai cahaya yang menembus batas ruang dan kasta. Surkati menyatakan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang sempurna, dan kesempurnaan itu hanya dapat diberdayakan melalui pendidikan. 

Dalam kalimat-kalimatnya yang tajam dan abadi, ia berkata:

“Pengajaran adalah dasar segala kemajuan dan kemuliaan.”

“Bangsa yang memuliakan guru-gurunya akan menjadi bangsa yang mulia.”

“Bangsa yang merendahkan guru akan hina dan celaka.”

“Bangsa yang melalaikan pendidikan akan hancur dan menjadi fosil peradaban.”

Maka pada hari ini, ketika bangsa Indonesia memperingati Hari Guru Nasional, pesan Surkati bergema kembali dengan kekuatan sejarah: Muliakanlah guru, karena di tangan mereka martabat manusia ditegakkan; di ruang-ruang belajar yang jujur dan merdeka, masa depan bangsa ditempa. Pendidikan bukan sekadar bangku dan papan tulis, melainkan ladang tempat menanam peradaban, dan guru bukan sekadar pengajar, melainkan pembawa obor yang menerangi jalan umat menuju kemuliaan.

Selamat Hari Guru Nasional
Bogor, 25 November 2025
Abdullah Abubakar Batarfie

Posting Komentar untuk "Api Pencerahan dari At-Ta’lim"