Tribut Keturunan Arab : Karya dan Warisan Seni H. Nazar Amir Balfas

H.Nazar Amir

Pepesan Kosong adalah sebuah serial  komedi yang pernah ditayangkan di TPI dari tahun 1993 hingga 1995, setiap hari Senin hingga Jumat pukul 17.00 WIB. Serial ini disutradarai oleh seniman berdarah Arab, Ali Shahab, dan dibintangi oleh Malih, Bolot, Mpok Nori, H. Nazar Amir, dan komedian Betawi lainnya.

Sinetron komedi ini tidak hanya sekadar mengundang tawa penonton dengan cerita imajinatifnya, tetapi juga mengaitkan erat dengan realitas kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi di Kampung Bengek. Alur cerita yang diposisikan di kantor kelurahan memberikan kesempatan bagi penonton untuk melihat dinamika kehidupan sosial dan politik lokal, yang dihidupkan oleh pasangan legendaris seniman Betawi, Bolot sebagai erte dan Malih sebagai hansip. Mereka tidak hanya menjadi pemeran utama, tetapi juga sebagai representasi kehidupan seorang seniman dan seorang petugas keamanan di lingkungan mereka. Dukungan dari pemain lain seperti Haji Bodong dan Nur Tompel memberikan dimensi tambahan dalam menghadirkan suasana khas Betawi yang hidup dan menggelitik. Dengan demikian, sinetron ini bukan sekadar hiburan semata, tetapi juga menjadi cermin bagi kehidupan dan budaya lokal yang kaya akan warna dan cerita.

H. Nazar Amir dan Mpok Nori, keduanya memiliki peran krusial sebagai tokoh-tokoh yang menghidupkan suasana kampung Bengek dengan segala kisahnya. Mereka membawa warna tersendiri dalam cerita, dengan akting yang memukau dan membuat penonton terbawa suasana. Tak hanya itu, kehadiran mereka juga didukung oleh Eti Sumiati dan Mamat Meetal, dua pemain lain yang turut menyemarakkan cerita dengan kepiawaian akting mereka. Bersama-sama, mereka menghadirkan tontonan yang menghibur dan menggelitik, memukau penonton hingga tak bisa berhenti tersenyum dan terpingkal-pingkal.

Dalam setiap adegannya, Nazar Amir memang memiliki keahlian khusus dalam memerankan sosok yang temperamental namun mengundang tawa. Melalui ekspresi wajahnya yang khas dan gerakan tubuh yang menggelikan, ia berhasil menghidupkan karakternya dengan sempurna. Selorohannya yang spontan dan umpatan-umpatan yang keluar dari mulutnya seperti sedang meledak membuatnya menjadi pusat perhatian. Bahkan, mimik wajahnya yang menyerupai seseorang yang sedang naik pitam mampu mengundang gelak tawa yang tak terbendung dari para penonton. Dengan gaya aktingnya yang kocak dan penuh karakter, Nazar Amir telah berhasil menghibur dan menginspirasi banyak orang melalui karyanya di layar kaca.


Di serial "Pepesan Kosong"


Selain menjadi seorang aktor komedi yang berbakat dan seniman Betawi yang berpengaruh, H. Nazar Amir, SH memiliki latar belakang yang kaya akan warisan budaya dan sejarah. Sebagai keturunan Arab-Betawi, darahnya mengalir dari ayahnya, Amir Balfas, yang merupakan generasi kedua dari para pendatang Arab asal Hadramaut, Yaman, yang hijrah ke Indonesia pada Abad ke-20. Warisan ini tidak hanya menjadi bagian dari identitasnya, tetapi juga memengaruhi visi dan misinya dalam menjaga dan menghidupkan budaya Betawi.

Selama masa jabatannya sebagai anggota DPRD DKI Jakarta pada periode 1997-2002, Nazar Amir tidak hanya berperan dalam ranah politik, tetapi juga terus memperjuangkan pelestarian dan pengembangan kesenian Betawi. Kecintaannya pada budaya Betawi mendorongnya untuk menjadi salah satu penggerak di antara para seniman yang berusaha menjaga dan mengangkat citra kesenian Betawi ke permukaan. Baginya, penting untuk memastikan bahwa kesenian Betawi tidak tenggelam di tengah arus modernisasi di Jakarta, tempat asalnya.

Demi mewariskan kesenian Betawi kepada generasi muda, Nazar Amir mendirikan Teater Mira, sebuah kelompok teater tradisional yang menghadirkan pertunjukan-pertunjukan dengan corak tradisional lenong Betawi. Melalui Teater Mira, ia berusaha untuk memperkenalkan dan mempromosikan kekayaan seni dan budaya Betawi kepada masyarakat luas, serta menjadikan kesenian Betawi sebagai bagian yang tak terpisahkan dari identitas Jakarta. Dengan dedikasi dan kerja kerasnya, Nazar Amir telah menjadi pahlawan budaya yang memperjuangkan keberlanjutan warisan budaya Betawi bagi masa depan.






Sebagai seorang seniman Betawi yang lahir di Jakarta pada 31 Desember 1949, Nazar Amir telah menorehkan jejak yang mengesankan dalam dunia seni, baik sebagai pemain lenong maupun aktor layar lebar. Karirnya dalam dunia film dimulai ketika ia merintis debutnya sebagai seorang aktor dalam film "Badai di Awal Bahagia" pada tahun 1981, di mana ia mengambil peran sebagai pemeran pembantu. Dari sana, langkahnya semakin menanjak ketika ia berperan dalam beberapa film lain seperti "Perawan Rimba" dan "CHIPS" pada tahun 1982.

Keberhasilan Nazar Amir dalam dunia perfilman juga tercermin dari kerja samanya dengan legenda musik dangdut, Rhoma Irama. Ia berperan dalam beberapa film yang dibintangi oleh Rhoma Irama, seperti "Pengorbanan" (1982) dan "Satria Bergitar" (1983), di mana aktingnya berhasil mencuri perhatian penonton. Tak hanya itu, ia juga terlibat dalam berbagai genre film, termasuk komedi, seperti "Asal Tahu Aja" (1984), "Ojek" (1991), dan "Kiamat Sudah Dekat" (2003), yang semakin melengkapi repertoar aktingnya yang beragam.

Selain kesuksesannya di layar lebar, Nazar Amir juga telah menyita perhatian dalam berbagai produksi sinetron. Ia telah memberikan kontribusi yang berarti dalam serial seperti "Si Doel Anak Sekolahan" (1994), "Melodi Cinta", "Lorong Waktu" (2000), "Nyari Bini" (2004), dan "Mister Olga" (2010), dengan aktingnya yang memukau dan kualitas yang tak diragukan lagi. Dengan karir yang gemilang di industri hiburan, Nazar Amir telah menjadi salah satu ikon seni Betawi yang dihormati dan diakui oleh banyak kalangan.

Selama perjalanan karirnya di dunia film, Nazar Amir juga terlibat dalam berbagai kegiatan di luar bidang perfilman, menunjukkan multi-talenta dan keterlibatannya dalam berbagai sektor. Salah satu pengalaman menariknya adalah ketika ia bekerja sebagai programer di radio CBB dan menjabat sebagai General Manager di PT. Radio Muara. Di samping karirnya di dunia radio, Nazar Amir juga aktif dalam berbagai organisasi yang berfokus pada pengembangan kesenian dan pelestarian kebudayaan Betawi.

Sebagai seorang yang peduli terhadap kesenian dan kebudayaan Betawi, Nazar Amir telah menjabat dalam berbagai posisi penting di beberapa organisasi terkemuka. Ia pernah menjabat sebagai Ketua II Persatuan Artis Film Indonesia (FARFI), Ketua Ikatan Warga Jakarta (IWARDA), serta Bendahara Gabungan Artis Nusantara (GAN). Peran dan kontribusinya yang signifikan juga terlihat ketika ia menjabat sebagai Ketua Masyarakat Betawi se Jabotabek (MABES), di mana ia berperan aktif dalam memajukan dan melestarikan kebudayaan Betawi di wilayah tersebut.

Selain itu, Nazar Amir juga terlibat dalam kegiatan organisasi pemuda dengan menjadi anggota dan bahkan menjabat sebagai Ketua Forum Pemuda Betawi (FPB) selama periode 2007 hingga 2012. Forum ini merupakan wadah bagi para pemuda Betawi untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan memperjuangkan kesejahteraan masyarakat Betawi secara keseluruhan. Melalui keterlibatannya dalam berbagai organisasi dan forum ini, Nazar Amir tidak hanya menjadi figur yang dihormati dalam dunia seni dan budaya, tetapi juga sebagai tokoh yang berperan dalam pembangunan dan pelestarian identitas budaya Betawi.

H. Nazar Amir, yang meninggal dunia pada tanggal 7 Maret 2010 dalam usia 71 tahun, meninggalkan sebuah warisan yang tak terlupakan dalam dunia seni dan kebudayaan Betawi. Sebelum memasuki dunia akting yang kemudian mengukuhkan namanya sebagai salah satu seniman besar, perjalanan hidup Nazar Amir sudah penuh warna dan prestasi. Sebagai bukti dari ketekunannya dan keberagaman bakatnya, ia pernah menjalani berbagai pekerjaan yang berbeda sebelum menemukan panggilannya dalam seni peran.

Sebelum meniti karirnya di dunia seni, Nazar Amir memiliki pengalaman yang beragam di dunia industri perhotelan. Ia pernah bekerja sebagai manajer Hotel Borobudur dan executive manager Hotel Nirwana, keduanya terletak di ibu kota, Jakarta. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya pengetahuannya dalam bidang manajerial, tetapi juga menguatkan sikap profesionalisme dan dedikasinya dalam setiap tugas yang diemban.

Meskipun sudah tiada, warisan Nazar Amir tidak hanya terbatas pada dunia seni, tetapi juga meliputi keluarga yang ia tinggalkan. Ia meninggalkan lima orang anak, yaitu Sarmila, Yasmin, Nadira, Susan, dan Rizky, serta sepuluh orang cucu yang menjadi saksi dari dedikasi dan cinta kasihnya sebagai seorang ayah dan kakek. Kehadiran dan pengaruhnya tidak hanya dirasakan oleh mereka yang berada dalam lingkup keluarga, tetapi juga oleh masyarakat luas yang terinspirasi oleh karya dan dedikasi hidupnya.

Dengan meninggalnya Nazar Amir, dunia seni Indonesia kehilangan salah satu tokoh penting yang telah memberikan kontribusi besar dalam memajukan dan melestarikan kebudayaan Betawi. Namun, warisannya tetap hidup dan terus dihargai melalui karya-karyanya yang abadi serta pengaruhnya yang tak terlupakan dalam masyarakat Betawi dan Indonesia pada umumnya.

Tulisan ini mengambil referensi dari sejumlah sumber, antaranya adalah; wikipedia, Encyclopedia Jakarta-Dinas Kebudayaan Jakarta.go.id, dan Tokoh Sejarah, Budayawan di Jakarta Timur dari situs Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI.

Bogor, 23 Maret 2024
Abdullah Abubakar Batarfie

Acting kocak Nazar Amir bersama Eti Sumiati dalam serial Pepesan Kosong


 


Belum ada Komentar untuk "Tribut Keturunan Arab : Karya dan Warisan Seni H. Nazar Amir Balfas"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel