In Memoriam Mas'oud Basyarahil (1935-2018)


Ramadhan tahun 1439 Hijriyah, 2018, menjadi saksi kehilangan yang mendalam bagi Al-Irsyad, karena dalam rentang waktu yang hampir bersamaan, tiga sosok kader terbaiknya berpulang. Peristiwa ini menyisakan kesedihan yang mendalam, terutama karena kepergian mereka terjadi di bulan yang dimuliakan, bulan yang penuh berkah, dan bulan yang lebih baik dari seribu bulan, "khairum min alfi sahr".

Mereka yang berpulang adalah Allah'yarham Mas'oud Basyarahil, Allah'yarham Ir. Jum'an Basalim, dan Allah'yarham Mustafa Mahdami. Ir. Jum'an, bersama Allah'yarham Husein Bajerei, menjadi pionir suara Al-Irsyad yang berjaya pada tahun 1980-an. Sementara Mustafa, yang pernah menjabat sebagai ketua umum Pelajar Al-Irsyad pertama ketika badan otonom pelajar tersebut dibentuk di Surabaya pada tahun 1954, juga dikenal sebagai penerjemah naskah film "Umar Ibn Khottob" dan "Rabiah Al Adawiyah", yang pernah sukses dipentaskan oleh theater Al-Irsyad di Istora Senayan. Kiprah mereka telah meninggalkan jejak yang dalam dalam sejarah Al-Irsyad.




Kabar duka pertama datang dari Lawang, sebuah kota yang memiliki makna mendalam bagi Al-Irsyad. Kota ini menjadi saksi perjalanan panjang Surkati, pendiri madrasah Al-Irsyad yang telah melahirkan banyak lulusan terbaiknya. Di Lawang, tempat di mana semangat pendidikan Al-Irsyad berkobar, seorang aktivis seniornya, Mas'oud Basyarahil, menutup mata untuk selamanya pada 4 Juni 2018. Kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam bagi Al-Irsyad dan meninggalkan cerita-cerita inspiratif yang tak akan terlupakan.


Kunjungan penulis & Abdullah Baraja (kiri)
di kediaman Allahyarham Mas'oud Basyarahil di kota Lawang


Mas'oud Basyarahil memulai kisahnya dari kota kelahirannya di Surabaya, pada 1 Desember 1935. Namun, Ia sempat melewatkan masa kecilnya di bilangan Mester Jatinegara, Jakarta Timur. Kehidupannya berada di bawah pengaruh kuat dari kedua orang tuanya, Salim Basyarahil dan Aisyah Hamzah. Mereka memutuskan untuk hijrah ke Jakarta, memboyong Mas'oud beserta saudara-saudaranya, memulai sebuah perjalanan yang akan membentuk jati diri dan karir Mas'oud dikemudian hari.

Setelah kehilangan kedua orang tuanya, Mas'oud Basyarahil dan beberapa saudaranya kembali ke kota Surabaya, di mana mereka menetap bersama keluarga Sjech Abubakar bin Ahmad Basyarahil. Tempat tinggal baru mereka berada di Kampung Baru Bahasoan, yang kini dikenal sebagai Jalan Kalimas Madya I Surabaya. Sjech Abubakar, merupakan satu di antara tokoh penting dalam pendirian Al-Irsyad cabang Surabaya, yang turut mendirikan lembaga tersebut bersama saudaranya, Sjech Salim bin Ahmad Basyarahil. Sjech Abubakar, yang mahir berbahasa Belanda, lahir di Batu Merah, Ambon, dan mendapatkan pendidikan agama di Hadramaut. Perjalanan hidup Mas'oud Basyarahil, yang kini berlanjut di lingkungan yang kaya akan tradisi dan nilai-nilai keagamaan, memberikan landasan kuat bagi perannya kelak di kemudian hari.

Walaupun lahir dalam lingkungan keluarga Al-Irsyad, Mas'oud Basyarahil mulai benar-benar merasakan keberadaan dan semangat perjuangan Al-Irsyad ketika ia menetap di Surabaya. Di sini, ia secara langsung terlibat dalam organisasi dan semangat perjuangan Al-Irsyad. Selain aktif dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Al-Irsyad cabang Surabaya, terutama dalam aktivitas kepemudaan, Mas'oud muda juga terus mengasah dirinya secara ideologis melalui diskusi dan kajian yang diadakan oleh ulama-ulama Al-Irsyad, di antaranya adalah al ustadz Umar Hubeis. Pergaulannya dengan para tokoh dan pemikir Al-Irsyad di Surabaya memberinya perspektif yang lebih luas tentang misi dan visi organisasi tersebut.

Ditengah gejolak politik yang membara dan ketika semangat kebangkitan pemuda, terutama organisasi-organisasi Pemuda Islam, mulai bergelora, Mas'oud Basyarahil memegang jabatan sebagai sekretaris wilayah Pemuda Al-Irsyad Jawa Timur, berpasangan dengan Mustafa Mahdami sebagai Ketua. Mereka terpilih melalui musyawarah wilayah Pemuda Al-Irsyad di Surabaya. Pada masa tersebut, Pemuda Al-Irsyad cabang Surabaya diberi kepercayaan oleh Pengurus Besar di Jakarta untuk menjadi pusat perayaan Hari Pancasila pada 1 Juni 1965, sebuah peristiwa nasional yang diadakan atas instruksi langsung dari Pengurus Besar Pemuda Al-Irsyad. Dalam periode ini, Pemuda dan Pelajar Al-Irsyad, serta Drum Band yang tersebar di hampir setiap cabang, menunjukkan kekuatannya dan bangkit bersama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), secara aktif turut serta dalam upaya fisik untuk memberantas komunisme. Suasana politik yang tegang dan semangat kebangkitan pemuda memperkuat solidaritas dan kesatuan mereka dalam menghadapi tantangan zaman.




Masih di era Orde Baru, di tengah aksi protes yang melibatkan seluruh elemen pelajar dan kepemudaan di Tanah Air, serta kehadiran PANJI (Pasukan Jihad) Al-Irsyad, Mas'oud Basyarahil memegang peran penting sebagai ketua organizing committee. Dikenal dengan slogan andalannya "Tung Alang-alang, sekali buntung jangan kepalang!", Mas'oud berhasil mengawal penyelenggaraan Mubes ke-IV Pemuda Al-Irsyad yang digelar dengan sukses di Kota Surabaya. Keberhasilan acara ini tidak hanya mencerminkan kematangan organisasi, tetapi juga menunjukkan semangat juang yang tak kenal lelah dari Mas'oud dan timnya dalam menghadapi tantangan dan memastikan kesuksesan acara tersebut.

Tentu, berikut revisi dengan penambahan detail:

Dalam panggung nasional berikutnya, Mas'oud Basyarahil kembali mencatat prestasi dengan terpilihnya sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Pemuda Al-Irsyad pada Mubes ke-V. Acara tersebut menjadi momen bersejarah karena penyelenggaraannya yang bersamaan dengan Muktamar ke-30 Al-Irsyad Al-Islamiyyah tahun 1970 di Bondowoso, sebuah peristiwa yang diwarnai oleh semangat perjuangan dan tekad untuk meneguhkan dan memperkuat Mabda' Al-Irsyad sebagai idiologinya yang dirumuskan oleh generasi pertamanya, kali terakhir mereka berembuk di Bondowoso, kota bersejarah bagi Al-Irsyad untuk memajukan Islam secara holistik. 

Dalam atmosfer yang penuh semangat dan harapan, Mas'oud tampil menjadi memimpin yang menginspirasi, membawa semangat juang Pemuda Al-Irsyad ke tingkat yang lebih tinggi. Keterpilihannya sebagai Ketua Umum adalah pengakuan atas dedikasi dan kontribusinya yang luar biasa dalam memajukan organisasi dan gerakan pemuda Islam di Indonesia. Sebagai pemimpin yang visioner, Mas'oud menegaskan komitmen untuk terus berjuang demi kepentingan umat dan kemajuan bangsa, menginspirasi jutaan pemuda untuk berperan aktif dalam pembangunan masa depan yang lebih baik dan gemilang. 

Tentu, berikut revisinya dengan penambahan detail:

Sejak saat itu, Mas'oud Basyarahil terlibat secara aktif dalam kegiatan-kegiatan Perhimpunan Al-Irsyad di tingkat nasional. Ia menjalin hubungan erat dengan tokoh-tokoh utama dan pimpinan nasional Al-Irsyad, serta aktif berpartisipasi dalam forum-forum diskusi yang memperkaya wawasan dan pemahaman akan dinamika organisasi. Dalam lingkungan yang dinamis ini, tidak jarang pertukaran pendapat atau perdebatan yang mengemuka, mengingat kompleksitas struktur organisasi dan tantangan-tantangan yang dihadapi.

Situasi internal organisasi tidak selalu berjalan mulus, terutama saat berkembangnya polemik seputar azas tunggal dan implementasi undang-undang keormasan. Hal ini mengakibatkan restrukturisasi dalam organisasi Al-Irsyad, dengan penghapusan badan-badan otonom yang berdampak pada dinamika internal yang meningkat. Meskipun begitu, keputusan ini tidak selalu diterima dengan mudah, dan seringkali menimbulkan protes serta demonstrasi dari Pemuda Al-Irsyad yang dipimpin oleh Mas'oud Basyarahil bersama sekretaris jenderalnya, Allah'yarham Ali Mahdami. Upaya mereka untuk memperjuangkan aspirasi dan kepentingan anggota organisasi mencerminkan semangat perubahan dan komitmen terhadap nilai-nilai yang diyakini.

Selamat jalan, Ami Mas'oud. Dengan perjalananmu yang kini membawa dirimu ke hadirat-Nya, semoga Engkau menemukan kebahagiaan yang abadi di sana. Doa kami menyertaimu dalam langkahmu menuju Rahmat-Nya, semoga Engkau diberi tempat yang mulia di sisi-Nya, serta segala amal ibadah yang telah Engkau lakukan selama hidup ini diterima dan diampuni segala dosa-dosamu. Semoga cahaya kebaikan yang telah Engkau sebarkan di dunia ini tetap bersinar di hati mereka yang ditinggalkan, dan semangatmu untuk berbuat kebaikan senantiasa menginspirasi banyak orang, Allahummaghfirlahu warhamhu wa afihi wafuanhu. Abdullah Abubakar Batarfie

3 Komentar untuk "In Memoriam Mas'oud Basyarahil (1935-2018)"

  1. إنّا لِلّـــــه و إنّا إليْـــــهِ راجعـــــو ن

    اللهم اغفر لها وارحمها وعافها واعف عنها، اللهم أدخلها الجنة وأعذها من عذاب القبر ومن عذاب النار

    "Ya الله , ampunilah dia, rahmatilah dia, selamatkanlah dia dan maafkanlah dia, Ya الله karuniakanlah dia surga dan selamatkanlah dia dari azab kubur dan neraka ".امين يا ربالعا لمين

    BalasHapus
  2. Mustofa Said Basyarahil
    اللّهُمَّ  اغْفِرْ لَهُ وَ ارْحَمْهُ وَ عَافِهِ وَ اعْفُ عَنْهُ وَ اَكْرِمْ نُزُلَهُ وَ وَسِّعْ مَدْخَلَهُ وَ اغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَ الثَّلْجِ وَ الْبَرَدِ وَ نَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ.

    BalasHapus
  3. Selamat jalan abi tercinta

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel