SYAIKH TAMIM AL-BANTANI, ADIK KANDUNG SYAIKH NAWAWI AL-BANTANI, PERINTIS BIRO PERJALANAN HAJI PERTAMA DI NUSANTARA

Syaikh Abdul Aziz, cucu Syaikh Tamim 

Abad ke-19 menjadi periode penting di mana banyak ulama Indonesia memperlihatkan kecemerlangan dalam ilmu agama. Syekh Nawawi al-Bantani menjadi salah satu pilar keilmuan yang namanya terus bersinar di tingkat internasional. Popularitasnya diakui luas, terutama berkat karya-karyanya yang fenomenal dan juga telah melahirkan banyak murid-murid binaannya yang kemudian tampil sebagai para pemuka agama di tanah air, sebut saja antaranya adalah KH.Hasyim Asy'ari pendiri Nahdlatul Ulama dan Syaikhona KH Kholil Bangkalan. 

Syaikh Tamim Al-Bantani, adik kandung dari ulama besar Syekh Nawawi Al-Bantani, mungkin tidak sepopuler kakaknya, namun kecemerlangannya dalam dunia keilmuan dan spiritual patut diakui. Lahir dalam keluarga ulama yang terkenal di Indonesia, Syaikh Tamim mewarisi tradisi keilmuan yang kaya dan mengambil peran yang signifikan dalam meneruskan warisan keluarga.

Meskipun namanya mungkin kurang sering disebut-sebut, kontribusinya dalam mendalami ilmu agama dan menyebarkan nilai-nilai keislaman sangat berarti. Sebagai seorang ulama, Syaikh Tamim terkenal dengan keahliannya dalam berbagai cabang ilmu agama, termasuk tafsir, hadis, dan fiqh.

Selain itu, Syaikh Tamim juga dikenal sebagai tokoh spiritual yang menginspirasi banyak orang. Ajarannya yang penuh hikmah dan kearifan spiritual telah menjadikan dirinya sebagai panutan bagi banyak penganut Islam yang mencari petunjuk dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Keberlanjutan warisan keluarga Al-Bantani dalam menghasilkan ulama-ulama yang berkontribusi besar terhadap perkembangan Islam di Indonesia sangat nyata dalam figur Syaikh Tamim. Ia tidak hanya melanjutkan tradisi keilmuan keluarga, tetapi juga turut berperan dalam membimbing umat Islam untuk memahami ajaran agama dengan lebih mendalam.

Walaupun namanya mungkin tidak sebesar kakaknya, Syaikh Tamim Al-Bantani pantas dihargai sebagai sosok yang membawa sinar keilmuan dan spiritualitas dalam perjalanan keislaman di Indonesia. Tulisan ini akan menjelajahi lebih lanjut tentang perjalanan kehidupan, kontribusi ilmiah, dan dampak spiritual dari Syaikh Tamim Al-Bantani, seorang ulama yang jarang disebut namun penuh makna.

Artikel singkat Ahmad Ginanjar Sya'ban membahas Syaikh Tamim, seorang ulama dan pengusaha asal Banten yang jarang disebut dalam sejarah Nusantara. Sumber utama tentang tokoh ini terdapat dalam manuskrip Tarajim Ulama Jawah, yang ditulis oleh Raden Abubakar Djajadiningrat dan disimpan di Perpustakaan Universitas Leiden, Belanda. Syaikh Tamim tidak hanya dikenal sebagai ulama terkemuka, tetapi juga berhasil sebagai pengusaha bersekala internasional yang berkantor di Singapura. Informasi ini menjadi langka dan menarik karena keterbatasan referensi sejarah yang menyebutkan namanya.

Raden Abubakar Djajadiningrat, seorang bangsawan Sunda asal Pandeglang, dikenal karena kedekatannya dengan Snouck Hurgronje, seorang orientalis berpengaruh yang menjadi penasehat resmi kerajaan Belanda. Keduanya pernah bekerja bersama di kantor konsulat Belanda di Jeddah sekitar tahun 1884-1912, menambah dimensi menarik pada hubungan antara intelektual Indonesia dan orientalis Eropa pada masa itu.

Kitab Tarajim Ulama Jawah yang dikirim oleh Djajadiningrat kepada Snouck Hurgronje di Leiden, tiba di meja kerjanya pada 17 Desember 1887. Manuskrip ini kemudian menjadi salah satu sumber utama yang digunakan Snouck dalam bukunya "Mekka" (terbit tahun 1888), di mana ia mendokumentasikan beberapa ulama Nusantara yang berkarir di Mekkah pada perempat terakhir abad ke-19 M. Ini menunjukkan pentingnya kontribusi Djajadiningrat dalam menyediakan informasi tentang ulama Nusantara untuk karya orientalis terkenal tersebut.

Ulama Nusantara yang berkarier di Mekkah dan tersebut namanya dalam kitab Tarajim Ulama Jawah karya Abubakar Djajadiningrat itu adalah Syaikh Tamim Banten, saudara kandung ulama terkemuka di Hijaz. Kedua nama tokoh itulah yang kemudian dikutip oleh Snouck dalam bukunya "Het Mekkaansche feest". Snouck lahir di Oosterhout pada 1857, ia menjadi mahasiswa teologi kristen di Universitas Leiden pada tahun 1874. Gelar doktor diraihnya di Leiden pada tahun 1880 setelah berhasil menyelesaikan disertasinya 'Het Mekkaansche feest' ("Perayaan Mekah") dan menjadi profesor di Sekolah Pegawai Kolonial Sipil Leiden pada 1881.

Jika masyarakat muslim Nusantara banyak mengenang dan mengenal sosok Syaikh Nawawi Banten sebagai seorang ulama besar Mekkah, penghulu ulama Hijaz, penulis puluhan karya dalam bahasa Arab, dan juga mahaguru para ulama Nusantara pada zamannya, maka tidak demikian halnya dengan sosok adik kandungnya Syaikh Tamim, meskipun memiliki kemampuan agama yang mumpuni seperti kakaknya, Syaikh Nawawi Banten, ia justru lebih memilih profesinya dengan menjadi seorang pengusaha. 

Melalui manuskrip "Tarajim" dan "Makka", dapat dilacak bahwa Syaikh Tamim Banten menjadi orang pribumi pertama yang membuka biro perjalanan haji di Nusantara, dengan kepemilikan kapal-kapal layar sebagai moda transportasi yang dia gunakan untuk mengangkut jamaah haji Nusantara ke Mekkah. Meskipun kurang dikenal secara luas, kontribusinya sebagai pengusaha biro perjalanan Haji ini menjadi bagian penting dalam sejarah perjalanan haji Nusantara. Snouck mencatat bahwa usahanya itu dirintisnya sebelum kapal uap digunakan, menunjukkan ketekunannya dalam bidang ini yang memusatkan usahanya yang berkantor di kota Singapura. Menurut Snouck pula, sebelum usaha itu berkembang menjadi biro perjalanan Haji, Syaikh Tamim berprofesi sebagai “muthawwif”, semacam pembimbing (guide) dan agen yang mengurusi segala keperluan ibadah haji para jama’ah di Mekkah. Profesi “muthawwif” ini juga sekaligus menjalankan peran "badal haji".

Tampaknya, usaha pertamanya sebagai penyedia biro perjalanan haji di Singapura dan profesi keduanya sebagai "muthawwif" di Mekkah saling berkaitan, karena keduanya terlibat dalam pelayanan ibadah haji bagi para jemaah. Perannya sebagai pengusaha perjalanan haji dapat membantu memfasilitasi dan menyediakan layanan yang dibutuhkan oleh jamaah haji Nusantara yang ingin melaksanakan ibadah haji di Mekkah, menciptakan hubungan antara bisnisnya di Singapura dan tugasnya sebagai "muthawwif" di tanah suci.

Snouck mencatat bahwa Syaikh Tamim Banten awalnya menjadi orang kaya melalui pekerjaannya, tetapi omset keuangannya mengalami penurunan setelah dibukanya rute kapal uap dari Batavia ke Jeddah oleh perusahaan Belanda. Akibatnya, Syaikh Tamim memilih menetap di Penang, Malaya dan bukan di tempat kelahirannya di Banten. Menurut Snouck, tekanan dari pemerintah kolonial Belanda terhadap Syaikh Tamim dan ulama Banten lainnya, terutama setelah peristiwa "Geger Cilegon" pada tahun 1888, menjadi faktor logis dalam keputusan ini.

Syaikh Tamim Banten, seperti kakak kandungnya, Syaikh Nawawi Al-Bantani, dan saudara-saudaranya yang semuanya menetap di kota suci Mekkah, lahir di Tanara, Serang, Banten pada awal tahun 1800an. Meskipun tidak sepopuler kakaknya sebagai ulama, Syaikh Tamim memiliki kemampuan bahasa Arab yang sangat baik. Snouck mencatat bahwa Tamim bisa berbicara dalam bahasa Arab dengan sangat fasih, menunjukkan keterampilannya dalam penggunaan bahasa ini.

Syaikh Tamim memulai pendidikan agama Islam sejak usia lima tahun, belajar langsung dari ayahnya. Bersama saudara-saudaranya, ia mempelajari pengetahuan dasar bahasa Arab, fiqih, tauhid, al-Quran, dan tafsir. Pada usia delapan tahun, bersama kakanya Syaikh Nawawi Al-Bantani, Tamim dan adiknya Ahmad Syihabuddin, belajar agama kepada K.H. Sahal, seorang ulama terkenal di Banten. Ia kemudian melanjutkan menimba ilmu kepada Syekh Baing Yusuf Purwakarta, menandakan perjalanan pendidikannya yang terus berkembang hingga Tamim dan dua orang saudaranya mukim di kota suci Mekkah. 

Syaikh Tamim dan keenam saudaranya, yaitu Syaikh Nawawi Al-Bantani, Sa’id, Abdullah, Tsakilah, Sariyah, dan Ahmad Syihabudin, adalah anak-anak dari pasangan bangsawan Banten, Umar bin Arabi, dan Siti Zubaiadah binti Muhammad Singaraja. Keluarga mereka memiliki latar belakang yang kaya dalam tradisi dan budaya Banten. Ayahnya merupakan generasi ke-8 keturunan langsung Syaikh Tajuk Arsy yang bergelar Pangeran Sunyararas putera dari Maulana Hasanuddin, raja pertama kesultanan Banten. 

Sebagaimana penguasa Islam lainnya di Nusantara yang berpengaruh, nasab Syaikh Tamim dan saudara-saudaranya disebutkan dapat ditelusuri hingga kepada Fatimah Azzahra, puteri Rasulullah Muhammad SAW. Hal ini menunjukkan pentingnya warisan keturunan dan hubungan mereka dengan keluarga Rasulullah dalam konteks spiritual dan budaya di masyarakat Nusantara.

Silsilah Syaikh Tamim Al-Bantani

Informasi tentang Ismail Tamim Albantani Al-Makkiy, yang pernah menjadi salah satu Imam di Makkah, menunjukkan kelanjutan warisan keilmuan dari Syaikh Tamim Banten. Sebagai pemilik nama lengkap Sheikh al-Muqri' Dato' Ismail Tamim bin 'Abd. al-'Aziz al-Bantaniy al-Makkiy, ia memberikan kontribusi penting dalam bidang keilmuan di Nusantara, khususnya di Malaysia. Hal ini mencerminkan pentingnya peran keluarga Syaikh Tamim dalam melestarikan dan mengembangkan ilmu agama bagi dunia dan peradaban Islam.

Belum ada Komentar untuk "SYAIKH TAMIM AL-BANTANI, ADIK KANDUNG SYAIKH NAWAWI AL-BANTANI, PERINTIS BIRO PERJALANAN HAJI PERTAMA DI NUSANTARA"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel