Tragedi Tuan Ali Bajened, Saudagar Tajir yang Mati Dibunuh Kusni Kasdut
Konon, Ali Bajened adalah seorang pengusaha keturunan Arab yang cukup disegani pada masanya. Ia pernah menjalin kerjasama dengan Faradj Awadh Martak, dan dari kongsi keduanya lahirlah N.V. Marba, singkatan dari Martak Bajened, nama yang hingga kini masih melekat pada gedung Marba di kawasan Kota Lama Semarang, sebuah peninggalan bisnis yang masih tegak berdiri sebagai saksi kejayaan ekonomi orang-orang Arab di Jawa.
Kehidupan Ali Bajened dikenal mewah, harta dan bisnisnya bertebaran, dari properti hingga perdagangan besar. Ia adalah gambaran sempurna seorang saudagar yang tajir melintir. Namun semua itu berakhir tragis, pada 11 Agustus 1953, tepat pukul tujuh malam, ia disergap oleh Kusni Kasdut, sosok yang kelak disebut-sebut sebagai perampok paling fenomenal Indonesia. Bersama dua rekannya dan berbekal pistol Browning 9 mm.
Rencana semula hanyalah menculik Bajened demi uang tebusan yang kabarnya bisa mencapai setengah juta rupiah, jumlah yang luar biasa besar kala itu. Bajened sempat diseret ke dalam mobil, tetapi ia melawan. Kusni pun melepaskan tiga tembakan, seketika merenggut nyawa sang saudagar.
Ali Badjened dirampok malam hari ketika baru saja keluar dari kediamannya di kawasan, Awab Alhajiri. Dia meninggal saat itu juga akibat peluru yang ditembak dari jeep yang dibawa oleh Kusni Kasdut. Itulah pembunuhan yang menggemparkan pada waktu itu. Tak lama kemudian disusul dengan pembunuhan lain. Dalam melakukan aksinya, Kusni Kasdut selalu ditemani oleh Bir Ali. Dia adalah tangan kanan Kusni Kasdut, anak Cikini Kecil (sekarang ini letaknya di belakang Hotel Sofyan).
Bir Ali, yang juga menjadi pembunuh Ali Bajened bersama Kusni Kasdut di Jalan KH Wahid Hasyim, bernama lengkap Muhammad Ali. Dia mendapat gelar Bir Ali karena kesukaannya menenggak bir, ia tewas dalam tembak menembak dengan polisi.
Di pengadilan, Kusni mencoba mencari pembenaran. Ia berkata tindakannya bukanlah pembunuhan berencana, melainkan karena Bajened dekat dengan gerakan Darul Islam (DI) dan suka mengganggu rumah tangga orang. Hakim Mr. Liem menolak alasan itu mentah-mentah. Menurutnya, bisikan tentang besarnya uang tebusanlah yang membakar nafsu Kusni untuk bertindak kejam. Hukuman mati dijatuhkan, meski di tingkat banding diubah menjadi hukuman seumur hidup.
Ignatius Waluyo alias Kusni Kasdut (1929-1980), adalah bekas pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yang akhirnya menjadi penjahat. Namanya dikenal karena melakukan perampokan koleksi permata du Museum Gajah pada 31 Mei 1961.
Kabar terbunuhnya Ali Bajened mengguncang Jakarta. Namun yang tak kalah menggetarkan adalah apa yang terjadi setelahnya. Seluruh harta benda almarhum dilelang. Diangkatlah seorang juru lelang yang berkeliling kampung sambil membawa gong. Setiap kali gong itu dipukul, “toong… toong…”, orang-orang berlarian keluar rumah. Mereka tahu, barang-barang milik Tuan Ali Bajened sedang dilelang.
Adegan itu begitu kuat hingga sempat diabadikan dalam film yang dibintangi Dicky Zulkarnaen. Anak-anak kampung bersorak sambil mengikuti langkah juru lelang, sementara orang-orang dewasa berdesakan, penasaran barang apa lagi yang akan dilepas. Perabot antik, kursi empuk dari kayu jati, dan barang-barang mewah lainnya, termasuk kendaraan mewah, semuanya diumumkan satu per satu di hadapan khalayak. Nama Bajened, yang semasa hidupnya identik dengan kemewahan, kini melayang-layang di udara sebagai kenangan, tinggal barang-barang yang diperebutkan penawar. Gong yang dipukul berkali-kali itu seakan menjadi genderang duka, tanda bahwa kejayaan seorang saudagar besar bisa runtuh dalam sekejap oleh sebuah tembakan.
Kisah itu menempel lama dalam ingatan kolektif masyarakat kota. Begitu kayanya Bajened hingga hartanya harus dilelang dengan cara yang tak biasa, begitu mendadaknya kematian itu hingga perabot rumahnya menjadi tontonan massal. Gong juru lelang yang dulu memukul tanda dilelangnya barang-barang Tuan Bajened terdengar seperti gema terakhir kejayaan seorang saudagar, yang hidupnya berakhir tragis di ujung pistol seorang perampok, lalu hartanya tercerai-berai di tangan orang-orang kampung.
Posting Komentar untuk "Tragedi Tuan Ali Bajened, Saudagar Tajir yang Mati Dibunuh Kusni Kasdut"
Posting Komentar