Syech Albar, Maestro Gambus Indonesia dari Surabaya

Di tengah geliat musik Indonesia pada awal abad ke-20, muncul sosok penting yang menjadi pelopor dalam memperkenalkan musik gambus kepada masyarakat luas: Syech Albar. Lahir di Surabaya pada tahun 1908 dari keluarga keturunan Arab, Syech Albar tumbuh dalam lingkungan yang religius dan kaya tradisi. Ia menempuh pendidikan di lembaga Islam terkemuka, Al-Khairiyah di Surabaya dan Madrasah Al-Irsyad yang didirikan oleh Syaikh Ahmad Surkati di Batavia (sekarang Jakarta). Pendidikan ini membentuk kecintaan Syech Albar terhadap seni dan budaya Islam, yang kemudian ia ekspresikan melalui musik. Sejak muda, ia gemar memainkan alat musik gambus dan menyanyikan lagu-lagu kasidah sepulang sekolah, menandai awal perjalanannya sebagai musisi.

Pada tahun 1935, Syech Albar ikut mendirikan sebuah grup musik yang kelak menjadi tonggak penting dalam sejarah musik Indonesia, Orkes Gambus Al-Wathon, atau Orkestra S. Albar. Orkes ini menjadi yang pertama menampilkan musik gambus secara langsung melalui siaran radio, yakni di NIROM (Nederlandsch-Indische Radio-Omroep Maatschappij) di Surabaya. Penampilan mereka menjadi terobosan penting, menjangkau para pendengar dari berbagai kalangan dan memperkenalkan nuansa musik Timur Tengah ke telinga masyarakat Hindia Belanda.


Kesuksesan Orkes Gambus Al-Wathon di radio diikuti dengan rekaman-rekaman profesional yang dirilis melalui label-label rekaman besar pada zamannya. Pada tahun 1931, Syech Albar menandatangani kontrak dengan label rekaman ternama asal Inggris, His Master’s Voice (HMV). Dari kerja sama ini lahirlah sejumlah piringan hitam yang menjadi koleksi berharga dalam sejarah musik Nusantara. Salah satu rekaman terkenalnya adalah lagu berjudul “Zahrotoel Hoesoen” yang dirilis pada tahun 1937. Lagu ini disebut sebagai “lagu Arab modern,” karena memadukan nuansa musik tradisional Arab dengan gaya musik yang lebih segar dan modern. Selain HMV, lagu-lagu dari Orkestra S. Albar juga diterbitkan melalui label lain seperti Canary Records, memperluas jangkauan distribusi musik gambus ke komunitas Arab dan Muslim di Hindia Belanda.

Tidak hanya aktif di dunia musik, Syech Albar juga dikenal menjalin hubungan baik dengan berbagai tokoh pergerakan Islam pada masanya. Menurut catatan sejarawan Sopaat Rahmat Selamet dari Universitas Muhammadiyah Bandung, Syech Albar bersahabat dengan Mohammad Sardjono, seorang kader muda Muhammadiyah dari tanah Sunda yang juga memiliki grup orkes musik. Mereka kerap tampil bersama dalam berbagai acara, menunjukkan semangat kolaborasi lintas komunitas dan budaya. Persahabatan ini mencerminkan hubungan harmonis antara kalangan Arab dan pergerakan pribumi Islam di masa itu. Bahkan ayah Mohammad Sardjono, HM Djamhari, dikenal bersahabat dengan tokoh Islam terkemuka seperti Syaikh Ahmad Surkati pendiri Al-Irsyad Al-Islamiyyah.

Dalam kehidupan pribadinya, Syech Albar menikah dengan Faridah, seorang perempuan asal Maroko. Dari pernikahan ini lahirlah seorang anak laki-laki yang kelak menjadi legenda musik rock Indonesia, Achmad Albar, vokalis utama band God Bless. Meski Syech Albar wafat pada usia yang masih muda, yakni pada 30 Oktober 1947, warisan musik dan semangat inovasinya tetap hidup hingga kini.

Syech Albar adalah satu dari sedikit tokoh dalam sejarah musik Indonesia yang bisa disebut sebagai pionir sejati. Ia tidak hanya memperkenalkan genre musik baru, tetapi juga menjembatani budaya Arab dan Indonesia melalui karya-karyanya. Musiknya merupakan cerminan dari semangat zaman, religius namun progresif, tradisional namun terbuka terhadap pembaruan. Warisannya tetap dikenang, baik melalui rekaman-rekaman lamanya maupun melalui semangat musikal yang diwariskan kepada generasi berikutnya.

Posting Komentar untuk "Syech Albar, Maestro Gambus Indonesia dari Surabaya"