Kehadiran Dua Mahakarya: Merayakan Perjuangan Kesetaraan Syaikh Ahmad Surkati di Tengah Umat

 

Kebahagiaan dan rasa bangga mengiringi kehadiran dua karya monumental yang menyoroti sosok Syaikh Ahmad Surkati, sang ulama besar dan pembaharu umat Islam Indonesia. Dalam waktu yang hampir bersamaan, dua buku ini muncul bagai cahaya yang mengungkap sejarah yang sempat terdistorsi oleh klaim-klaim yang kurang tepat dari kelompok tertentu. Hanya berselang satu hari, komik ‘Surkati, Ulama Pejuang Kesetaraan Umat Manusia’ dan novel ‘Tapak Mualim, Syaikh Ahmad Surkati’ menyajikan narasi yang menggugah jiwa, menghadirkan kembali visi kesetaraan dan ketulusan dakwah Surkati, yang telah lama tertanam dalam perjuangan Al-Irsyad Al-Islamiyyah.

Sosok Syaikh Surkati tak hanya dikenal di Nusantara, namun juga menjadi tokoh yang diakui dunia, sebagaimana disampaikan oleh Wakil Ketua DPD RI, Bapak Tamsil Limrung. Namanya, terutama di Mekkah dan Sudan, terpatri dalam ingatan para pengamat sejarah Islam, mengukir jejak perjuangannya dalam memurnikan ajaran Islam sekaligus menyuarakan pemikiran modern yang berlandaskan kesetaraan manusia.

Setibanya di tanah Jawa pada tahun 1911, Syaikh Surkati menggemakan gagasan kesetaraan di Jamiatul Khair, lembaga pendidikan yang mengundangnya sebagai supervisor. Prinsip kesetaraan ini kemudian menjadi landasan Al-Irsyad, organisasi yang ia dirikan pada 6 September 1914. Al-Irsyad mengusung nilai “al-musawah” yang tertuang dalam Mabadi dan terwujud dalam logo simbolik berbentuk sisir, dengan motto yang terinspirasi dari firman Allah:

“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS Al-Hujurat ayat 13)

Bahkan, Presiden pertama RI, Ir. Sukarno, mengakui peran besar Syaikh Surkati dalam perjuangan kebangsaan dan menyebutnya sebagai “Aba Al-Ruh Al-Jalil”. Surkati tak hanya memberikan semangat bagi umat Islam Indonesia, namun juga mempercepat gerakan kemerdekaan dengan prinsip kesetaraan yang ia usung.

Menjadi Pelurusan Sejarah yang Terkaburkan

Bagi Bapak Awod Maretan, salah seorang tokoh senior Al-Irsyad, kedua buku ini merupakan langkah penting untuk meluruskan sejarah Syaikh Surkati dan perjuangannya yang kerap disalahpahami. Dalam catatan beliau, kehadiran karya ini mengembalikan esensi perjuangan Syaikh Surkati sebagai sosok yang memperjuangkan kemuliaan tanpa diskriminasi, menginspirasi umat untuk bangkit dari belenggu ketidaksetaraan. “Kedua buku ini seperti mempertegas kembali sejarah yang nyaris terdistorsi oleh klaim-klaim tertentu,” ungkapnya dengan penuh haru.

Kisah dalam Visual dan Prosa yang Menghidupkan Sang Pahlawan

Komik ‘Surkati, Ulama Pejuang Kesetaraan Umat Manusia’ karya Arthawijaya, yang diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar, membawa pembaca pada pengalaman visual yang memukau. Ilustrasi karya komikus muda berbakat ini menghadirkan sosok Surkati dengan warna dan ekspresi yang hidup, memberikan kesegaran bagi generasi muda, terutama generasi Z, yang kini tertarik kembali pada dunia komik. Tak heran, peluncurannya pada 2 November 2024 di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mendapatkan antusiasme besar, dihadiri oleh tokoh dan kritikus komik serta keturunan Syaikh Surkati sendiri.

Sementara itu, novel ‘Tapak Mualim, Syaikh Ahmad Surkati’ karya Ady Amar membawa pembaca masuk ke dalam dimensi naratif dengan bahasa prosa yang seolah membawa pembaca berdialog langsung dengan sang tokoh. Gaya bahasa “Aku” yang dihadirkan dalam novel ini, sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Ir. Said Sungkar, senior Al-Irsyad, merupakan pendekatan unik yang jarang ditemui dalam karya sejarah. Beliau menyatakan, “Tampaknya terbilang langka seorang tokoh sejarah (riil) dibuat sebagai novel. Ini adalah kreativitas yang pantas dipuji.”

Novel Tapak Mualim, Syekh Ahmad Surkati (1875-1943), diluncurkan pada 3 November 2024 di PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dihadiri oleh para penggiat sastra dan tokoh-tokoh inspiratif. 

Hamid Abud, salah seorang tokoh senior Al-Irsyad dan penulis prodoktif yang rajin menulis kalimat-kalimat puitis dan inspiratif, turut mengapresiasi novel ini dengan menyatakan bahwa seolah Syaikh Ahmad Surkati sendiri yang bercerita dari halaman pertama hingga akhir. “Subhanallah.. saya merasa seperti duduk di hadapan Beliau, menikmati keteduhan dan kharisma wajahnya serta kelembutan tutur katanya,” ungkap Hamid.

Kado Terindah untuk Al-Irsyad dan Umat Islam Indonesia

Dua mahakarya ini hadir bagai oase bagi umat yang haus akan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan. Dalam semangat memperingati nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh Syaikh Surkati, kita berharap karya ini mampu menginspirasi generasi penerus, menghidupkan semangat kesetaraan dan membawa umat menuju kejayaan bersama, setara tanpa memandang latar belakang. Semoga ini menjadi awal dari bangkitnya kembali tradisi literasi yang kokoh dalam mempelajari sejarah yang utuh dan jujur.

Abdullah Abubakar Batatarfie


Posting Komentar untuk "Kehadiran Dua Mahakarya: Merayakan Perjuangan Kesetaraan Syaikh Ahmad Surkati di Tengah Umat"