Milad 110 Tahun Al-Irsyad Al-Islamiyyah: "Berjamaah Merangkul Umat"
Tanggal 6 September 2024, kita menyaksikan tonggak penting dalam sejarah umat Islam di Indonesia: peringatan 110 tahun Al-Irsyad Al-Islamiyyah, organisasi yang lahir pada tahun 1914 di Batavia (sekarang Jakarta), berkat gagasan besar Syaikh Ahmad Surkati.
Dengan tema "Berjamaah Merangkul Umat", tema yang dipilih oleh Pimpinan Pusat Al-Irsyad Al-Islamiyyah, peringatan ini mengajak kita untuk merenungkan kembali pentingnya persatuan di tengah kompleksitas perbedaan pemikiran yang mewarnai dinamika umat Islam hari ini.
Meski terdengar sederhana, tema ini sesungguhnya mengandung makna yang dalam dan relevan, mengingat tantangan-tantangan yang dihadapi oleh umat Islam. Di era ketika perbedaan pandangan keagamaan sering kali menjadi pemecah belah, Al-Irsyad mengingatkan kita untuk kembali kepada esensi ukhuwah Islamiyyah—persatuan dan kesatuan dalam ikatan iman, sebagaimana yang diajarkan oleh para pendiri organisasi ini.
Sejarah Persatuan Umat: MIAI sebagai Contoh
Perjalanan sejarah umat Islam di Indonesia sarat dengan upaya untuk merajut persatuan. Salah satu contoh terbaik adalah pembentukan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) pada 21 September 1937. Didirikan sebagai respons atas kebutuhan untuk memperkuat ukhuwah Islamiyyah, MIAI menjadi wadah bagi berbagai organisasi Islam—termasuk Muhammadiyah, Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Nahdlatul Ulama (NU), dan Persatuan Islam (PERSIS)—untuk bersatu dalam menghadapi tantangan besar, terutama dari penjajah Belanda.
Dengan semboyan “Samen bundeling van alle Islamic krachten” atau "Menyatukan semua kekuatan umat Islam", MIAI lahir dari semangat kebersamaan yang digagas oleh tokoh-tokoh besar seperti KH Ahmad Dahlan, Syaikh Ahmad Surkati, KH Wahab, KH Mas Mansyur, dan sejumlah ulama terkemuka lainnya. MIAI bukan sekadar forum diskusi, tetapi juga upaya konkret untuk menyatukan visi perjuangan umat Islam dalam konteks fisik dan spiritual, seperti yang tercantum dalam Al-Qur'an Surat Ali 'Imran: 103:
”Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai”.
Persatuan yang Diperlukan Saat Ini
Sejarah MIAI memberikan pelajaran penting bahwa ketika umat bersatu, kekuatan mereka menjadi tak tergoyahkan. Umat Islam di Indonesia telah menunjukkan bahwa meski berbeda dalam organisasi dan pandangan, mereka mampu bersatu ketika tujuan bersama menuntutnya, seperti ketika melawan penjajahan untuk meraih kemerdekaan. Namun, persatuan ini kini kembali diuji oleh berbagai perbedaan internal yang terkadang lebih tampak sebagai perselisihan yang tak perlu.
Dalam konteks Milad Al-Irsyad yang ke-110, tema "Berjamaah Merangkul Umat" menjadi seruan untuk menegaskan kembali pentingnya kesatuan di antara umat Islam. Sebagaimana yang dicontohkan oleh generasi terdahulu, perbedaan yang ada seharusnya menjadi kekayaan, bukan pemecah belah. Menepis polemik yang tidak substantif, seperti isu-isu nasab atau perkara-perkara kecil lainnya, adalah langkah penting menuju terciptanya kekuatan baru yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah.
Menghadapi Masa Depan dengan Kesetaraan dan Persatuan
Persatuan umat tidak hanya penting dalam aspek keagamaan, tetapi juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk menempatkan prinsip kesetaraan di atas segala perbedaan latar belakang—baik itu asal-usul, keturunan, maupun afiliasi organisasi. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai persamaan ini, kita dapat bersama-sama menuju visi besar "Indonesia Emas," di mana kekuatan persatuan umat Islam menjadi salah satu fondasi bagi kemajuan bangsa.
Semoga dengan Milad yang ke-110 tahun ini, Al-Irsyad Al-Islamiyyah terus menjadi inspirasi bagi kita semua untuk merajut kembali persatuan yang kokoh di tengah umat, mengedepankan ukhuwah, dan bergerak bersama menuju masa depan yang lebih baik. "Selamat Milad Al-Irsyad Al-Islamiyyah ke-110".
Bogor, 8 September 2024
Abdullah Abubakar Batarfie
Posting Komentar untuk "Milad 110 Tahun Al-Irsyad Al-Islamiyyah: "Berjamaah Merangkul Umat" "
Posting Komentar