Bangunan Tua bergaya Indische Empire Stijl di Purwakarta

Akar sejarah Kabupaten Purwakarta tidak akan dapat dipisahkan dengan sosok dua orang tokoh asal Bogor yaitu Rd.Adipati Wanayasa dan Mbah Dalem Sholawat. Kedua kakak beradik yang masing-masing bernama lengkap Raden Adipati Surianata dan Raden Adipati Suriawinata ini adalah putera dari Raden Wiranata yang dikenal orang dengan sebutan Dalem Sepuh, Bupati Bogor (Regen van Buitenzorg)  begelar Raden Toemenggoeng  (1813) dan Adipati (1815) sejak dirinya ditunjuk sebagai Bupati Bogor ke-15 yang berkedudukan di Empang (Sukahati) 1815-1849. Raden Toemenggoeng Adipati Wiranata sendiri merupakan salah seorang putera dari pasangan Nyi Ratu Syarifah binti Pangeran Sogiri bin Sultan Ageng Tirtayasa dengan Raden Haji Muhammad Thohir bin Raden Toemenggoeng Wiradiredja, yang berkedudukan sebagai Penghoeloe Kampong Baroe, pendiri Masjid Agung Empang Bogor yang kelak digelari oleh masyarakat dengan sebutan Auliya Thohir Al-Bughuri.


Sejak Van Der Capellen memerintah sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda dan setelah menunjuk Raden Adipati Surianata sebagai Bupati Karawang ke-9 (1820-1827), Raden Adipati Surianata yang digelari oleh rakyatnya dengan sebutan Dalem Santri itu kemudian memindahkan pusat pemerintahannya dari Karawang ke Wanayasa. Dalem Santri wafat dan dimakamkan di Nusa Situ Wanayasa, Purwakarta pada 1928.

Nama Purwakarta mulai muncul sejak H.Rd.Adipati Suriawinata/H.Rd.Muhammad Sirodz berjuluk Mbah Dalem Sholawat yang menduduki jabatan sebagai Bupati Karawang ke-10 (1827-1849) memindahkan pusat pemerintahannya dari Wanayasa ke Sindangkasih dan kemudian mengubah namanya menjadi Purwakarta, yang bermakna "Purwa" adalah "Pertama" dan "Karta" berarti "Ramai". Sejak saat itulah kelak Purwakarta ramai dan tumbuh berkembang sebagai daerah yang menjadi pusat pemerintahan, hingga kota itu berdiri sendiri memisahakan diri dari Karawang pada 29 Januari 1949 dengan nama Kabupaten Purwakarta.

Terdapat banyak bangunan peninggalan kolonial yang telah berusia lebih dari satu abad di Purwakarta, salah satunya adalah gedung tua bekas eks Karesidenan yang berada di tengah pusat kota yang kini masuk dalam kawasan Nagari Kidul. Rencana pembangunan itu sendiri terkait erat sejak Bupati Purwakarta dipimpin oleh Rd. Sastra Adiningrat I memerintah pada 1854. Dikutip dari berbagai sumber, gedung itu resmi dibangun pada awal tahun 1900 setelah dibangunnya jalur kereta api Batavia-Padalarang.



Bangunan bergaya Indische Empire Stijl yang disebut-sebut mirip dengan Gedung Pakuan di Bandung ini, memiliki halaman yang luas yang bangunan utamanya dihapit oleh dua bangunan paviliun. Antara dua paviliun dengan bangunan utama dihubungkan oleh koridor terbuka (doorloop). Serambi bangunan utama dihiasi oleh tiang penyanggah segi delapan gaya indies dari bahan kayu dengan motif terawangan yang cantik. Pintu masuk ke ruang utama terdapat daun pintu ganda yang jelusi atasnya dari besi dengan motif indies nan indah.

Purwakarta, 29 Juli 2023
Abdullah Abubakar Batarfie



Belum ada Komentar untuk "Bangunan Tua bergaya Indische Empire Stijl di Purwakarta"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel