G.A Kadir, Pelukis Yang Terlupakan Dan Dilupakan

Goesti Hadji Abdul Kadir 

Mengenang sosok pelukis G.A Kadir, akan mengingatkan kita kembali pada hamparan padi di sawah yang membentang luas, riak-riak air sungai cisadane dan ciliwung yang mengalir, sisa-sisa bekas parit benteng Pakuan yang membukit, gunung Salak dan gunung Gede Pangrango yang  menjulang tinggi dan panorama jalan-jalan di kampung nan asri. Semuanya itu dipadu oleh keindahan pohon bunga flamboyan.

Semua itu jelas terekam, lewat sapuan halus tangan pelukis G.A Kadir, yang telah menggugah rasa seni alam nan indah lewat goresan pada media lukisannya, oil on canvas. Boleh jadi panorama alam hasil karya seninya itu merupakan saksi bisu dari keindahan alam dan panorama bumi Pakuan, yang dimasa lalu pernah menjadi pusat ibu kota kerajaan Pajajaran, atau dalam masa kekuasaan kolonial Hindia Belanda dahulu, menyebutnya dengan sebutan Buitenzorg. Semua itu kini sirna dan diantaranya ada yang berubah, sebagian disulap jadi pemukiman dan ada pula yang dibuat menjadi lapangan golf.

G.A Kadir memang bukan pelukis terkenal, sekelas Basuki Abdullah dan Affandi, namanya jarang dan bahkan hampir tidak pernah disebut-disebut,  baik oleh kritikus seni maupun curator seni rupa Indonesia. Namun tidak berlebihan jika namanya layak dan sepantasnya untuk dikenal dan dikenang dalam dunia seni rupa Indonesia. Jika pelukis kenamaan lainnya yang terkenal hanya dimiliki oleh sebagian kecil kolektor lukisan, justru karya-karya G.A Kadir pernah “dikonsumsi’ oleh banyak orang, oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, bahkan dunia. Hasil karyanya telah menjadi objek yang menjadi penelitan flora dan fauna yang ditulis oleh para peneliti asing, dan menjadi bahan pelajaran bagi anak-anak sekolah.

Sebagai pelukis beraliran realis, G.A Kadir adalah perekam kehidupan binatang yang dimuat dalam buku-buku ilmu hayat di masa lalu, atau hingga pada akhir tahun 80an, di sekolah-sekolah dikenal sebagai buku mata pelajaran biology, yang semua itu dia buat tatkala camera dan cetakan berwarna belum memasyarakat di Indonesia, terutama sebelum era kemerdakaan.

Perjalanan hidup G.A kadir yang memiliki nama lengkap Hadji Goesti Abdoel Kadir bin Hadji Goesti Abdurrahman ini memang unik, beliau yang dilahirkan dalam kawasan kampung Arab Empang (Lolongok) di Bogor pada tanggal 11 Desember 1909, adalah putera dari keluarga Pagustian yang berasal dari Kerajaan Banjarmasin di Kalimantan Selatan. Garis keturunannya (nasab) langsung tersambung dengan Pangeran Antasari, baik dari garis ayah maupun ibunya. Keluarganya adalah buangan pemerintah Belanda ke Buitenzorg pada masa Goesti Hadji Moehammad Arsjad bergelar Pangeran bin Goesti Mad Said Panembahan (putera sulung Pangeran Antasari) pada tanggal 1 Agustus 1904, yang disusul kemudian oleh istrinya Ratu Zaleha, puteri dari Sultan Moehammad Seman bin Pangeran Antasari yang tiba ketempat pembuangannya bersama ibundanya Nyai Salamah, ke Buitenzorg pada tahun 1906.

Keluarga Ratu Zaleha sebagai kelompok Pagustian yang memberontak terhadap penjajahan Belanda di tanah Banjar dengan tokohnya Pangeran Antasari dan Demang Lehman yang terkenal, dinyatakan sebagai keluarga Pagustian yang dianggap akan membahayakan bagi Belanda, terutama di wilayah Kalimantan Selatan dan Tengah. Karena itu mereka seangaja diasingkan dan dijauhkan dengan rakyatnya. Ada sekitar kurang lebih tujuh orang keluarga Pagustian, termasuk orang tua dari G.A Kadir yang hidup bersama di tempat pengasingan. Hingga kini, daerah bekas pengasingannya itu pun masih dikenal orang dengan nama Gang Banjar, wilayah pemukiman yang lokasinya berada di Kampung Arab Empang, kecamatan kota Bogor Selatan.

G.A Kadir yang memulai sekolahnya pada Hollandsch-Inlansche School (HIS), setingkat sekolah dasar di Bogor yang diperuntukan bagi kalangan bangsawan pribumi, selepas lulus dari Meer Uitgebreid Onderwijs atau MULO, dalam usia yang masih relatif muda, diusianya yang hampir menginjak 19 tahun pada tahun 1929, ia kemudian bekerja pada Zoologisch Museum en Laboratorium, lembaga yang didirikan sebagai tempat peneliatan pertanian dan zoologi oleh pemerintah kolonial Belanda di Buitenzorg sejak tahun 1894.

Gedung dengan dominasi warna biru yang dalam bahasa belanda adalah blauw, oleh warga Bogor, kantor itu sering pula disebut sebagai kantor bulao, akibat lidah orang sunda yang tak fasih melafalkan kosa kata asing, termasuk bahasa Belanda.

Pekerjaan yang digelutinya di kantor bulao bersama para peneliti asing, terutama orang Belanda itu, adalah membuat objek penelitiannya dalam bentuk media yang dilukis, karena saat itu film dan cetakan berwarna belum dikenal.  Pekerjaan yang telah menghasilkan karya ilmiah tersebut, kelak dikemudian hari, yang justru selepas Indonesia Merdeka, ia dianugerahi penghargaan dari pemerintah kerajaan Belanda pada tanggal 7 Februari 1952. Demikian pula selama pengabdiannya bekerja sejak 1929 – 1962, G.A Kadir mendapatkan penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia, yang ditanda tangani langsung oleh Bapak Otto Soemarwoto sebagai kepala Lembaga Biologi Nasional, atau disingkat dengan LBN.

G.A Kadir (tengah) 


Latar pemandangan koleksi fauna 
karya GA Kadir

Sebagai seorang pelukis otodidak, G.A Kadir dalam mengembangkan bakat seni lukisnya itu konon berguru kepada pamannya yang juga seorang pelukis, yaitu Goesti Arif. Di dorong kemudian oleh pengaruh kuat pelukis berdarah Belanda Ernest Dezentje, dimana hal itu tertuang dalam sentuhan warna yang melekat dalam setiap karya lukisannya. Adapun pohon bunga flamboyan yang banyak terdapat disetiap karya lukisannya, merupakan permintaan khusus dari Ratu Zaleha yang dia panggil sebagai Ni Putih. Pohon bunga flamboyan itulah yang kemudian menjadi trademarknya sendiri disetiap karya lukisannya yang tergolong sebagai pelukis Mooi Indie atau Indian Molek.

Salah satu lukisan karya G.A Kadir
(Koleksi Penulis)

Karya G.A Kadir - sumber Lot-Art Auction

Sebagai pelukis yang memiliki kepekaan teramat dalam terhadap alam, yang dia ekspresikan melalui karya seni rupa dan dikoleksi oleh para penggemar fanatiknya, terutama di luar negeri. Beberapa karyanya telah disimpan dan menjadi koleksi di Museum Kastell Genhoes Oud Valken Burg, Limburg Nederland, negeri Belanda.

G.A Kadir bersama istrinya

G.A Kadir kini sudah tiada dan hanya menjadi kenangan yang terlupakan. Di rumahnya yang asri menghadap langsung ke arah panorama Gunung Salak dan aliran Sungai Cisadane, dibilangan kampung Lolongok Tengah, Empang, dengan raut wajah yang tenang, bersahaja dan menandakan sebagai pribadi yang sholeh, beliau wafat pada tanggal 8 Oktober 1993 dalam usia 84 tahun. Dari pernikahannya dengan Hj. Siti Djuariyah, ia tidak dikarunia anak.

Pantaslah kiranya bila para pecinta seni rupa, memberikan penghargaan yang wajar atas sebuah karya seni, seperti karya seni yang dicipatakan oleh Allahyarham G.A Kadir, seniman yang terlupakan dan dilupakan. Dimana hasil karya seninya telah ikut memperkaya sejarah perbendaharaan dalam dunia seni rupa Indonesia, khususnya di Kota Bogor. Pada tahun-tahun antara 1970 – 1990an, karyanya masih mentereng menghiasi dekorasi ruang utama di Balaikota Bogor dan rumah dinas Bapak Walikota Bogor yang berlokasi dipersimpangan jalan Jalak Harupat dan Jalan Raya Pajajaran.

Kota Bogor memang banyak menyimpan kenangan, sebagai sebuah kota yang banyak menyimpan objek pemandangan yang sangat luar biasa indahnya dan karena itulah Belanda menamainya dengan Buitenzorg. Maka tidaklah aneh bila Buitenzorg menjadi tempat pilihan untuk berkumpul dan berkarya bagi para seniman. Sebut saja antaranya idalah Perintis Seni Rupa Indonesia, Raden Saleh, yang kini makamnya menjadi situs bersejarah dan namanya pun diabadikan menjadi Jalan Raden Saleh Syarif Bustaman di Empang. Selain itu pula ada Antoine Auguste Joseph Payen, seniman kelahiran Belgia tahun 1792, Ernest Dezentje (1885-1972), William Halewijn, Carel Lodewijk (CL) Dake (1886-1946), sampai ke pelukis gaek yang penuh dengan idialisme berdarah Arab, Allahyarham Oemar Basalmah (1912-1998), dan banyak lagi sederetan nama panjang pelukis-pelukis kenamaan lainnya.

Bogor, 14 Juli 2022, ditulis oleh Abdullah Abubakar Batarfie

2 Komentar untuk "G.A Kadir, Pelukis Yang Terlupakan Dan Dilupakan"

  1. Assalamualaikum wr wb. Mohon izin share di FB saya. Trm kasih

    BalasHapus
  2. Waalaikumsalam wr wb. Ahlan wasahlan gurunda, terima kasih kembali

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel