Milad ke-81 Tahun PEMUDA AL-IRSYAD


Hari ini Pemuda Al-Irsyad akan memperingati usianya yang sudah tidak lagi dibilang muda, bahkan lebih tua dari usia republik ini. Karena tepat pada 81 tahun yang lampau, sebuah peristiwa penting telah dicatat sebagai titik tolak pengukuhan eksistensi dirinya sebagai mesin kader pertama Al-Irsyad yang secara resmi dikukuhkan menjadi sebuah Badan Otonom. 

Peristiwa penting itu terjadi bersamaan dengan peringatan usia perak organisasi Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang berlangsung di dekat Tanjung Perak, pelabuhan terbesar dan tersibuk kedua di Indonesia setelah Pelabuhan Tanjung Periok yang menjadi tempat berlabuhnya untuk pertama kali kapal yang ditumpangi oleh tokoh utama pendiri Al-Irsyad Syeikh Ahmad Surkati dari kota suci Mekah ke Batavia (Jakarta), pada 109 tahun yang silam.

Peristiwa penting yang menjadi tonggak sejarah Pemuda Al-Irsyad itu terjadi, yang di masa Hindia Belanda dahulu dinamainya sebagai "Jubileum & Congres 25 Tahoen Al-Irsjad di Soerabaija September 1939”. Pemuda Al-Irsyad mendeklarasikan diri untuk pertama kalinya menjadi Badan Otonom Al-Irsyad. Adnan Nurdiny seorang putera asal Nanggroe Aceh, kader muda lulusan Al-Irsyad Pekalongan dipilihnya untuk memimpin nahkoda pertama PEMOEDA AL-IRSJAD selepas otonominya tersebut.

81 tahun tersebut dapatlah kiranya kita ilustrasikan sebagai usia yang memiliki kematangan dan sukses dalam menjaga kesinambungan usianya, meski tentunya telah pula melewati berbagai macam tantangan atau bisa jadi masa-masa sulit yang penuh dengan berbagai dinamikanya dalam menjalani kehidupan ini. Eksistensi Pemuda Al-Irsyad untuk bisa bertahan dan dapat terus memberi warna dan mencerahkan kepada bangsa ini, merupakan suatu prestasi dan hal yang patut untuk di apresiasi dan disyukuri. 

Pemuda Al-Irsyad yang kini di nahkodai oleh saudara Fahmi Faisal Bahreisy, da’i muda di masa milenial yang organisasi kepemudaan dikpimpinnya itu benihnya sudah tumbuh dari rahim induknya sejak 90 tahun lalu (1930) ini, nyata dan teruji telah memiliki mental sebagai penggerak dan pendobrak yang menjadi cita-cita sejak jumiyyah, organisasi induk semangnya (Al-Irsyad Al-Islamiyyah) tersebut didirikan pada 6 September 1914.

Kendati secara resmi momentum kelahiran Pemuda Al-Irsyad itu diperingati miladnya pada 26 September 1939, akan tetapi Pemuda Al-Irsyad tidaklah dapat dipisahkan dari pertumbuhan Al-Irsyad Al-Islamiyyah sejak awal-awal kelahirannya yang didirikan oleh tokoh centralnya Syaikh Ahmad Surkati. 

Pada akhir tahun 1929 di Lawang, Syech Ahmad Surkati sudah mulai merencanakan untuk menghimpun intelektual muda lulusan sekolah Al-Irsyad. Gagasan untuk mewadahi para almuni itu kelak kemudian di awali dengan menyelenggarakan “Congres Pendahoeloean pada maret 1930” yang berlangsung di kota Surabaya. Kongres ini dimaksudkan dalam rangka mempersiapkan “Congres Pemoeda Aloemni Keloeawaran Pergoeroean Al-Irsjad” yang dijadwalkan akan berlangsung di Batavia (Jakarta). Karenanya segala persiapan telah dilakukan termasuk pembentukan kepanitiaan. Panitia pengarah kongres itu pun diketuai oleh Oemar Soelaiman Nadji dengan sekretarisnya Moehammad Moenif, keduanya sama-sama berada dan berkedudukan di kota Pekalongan. Sedangkan Panitia Pelaksananya berkedudukan di Batavia yang diketuai oleh Ali Salim Hoebeis, Sekretaris: Ali Harharah dan Hasan Argoebi sebagai Bendahara. 

Tanggal 12 dan 13 Mei 1930, berlangsunglah apa yang dinamakan dengan “CONGRES PEMOEDA ALOEMNI KELOEAWARAN PERGOEROEAN AL-IRSJAD” di Jakarta selama dua hari, senin dan Selasa. Congres tersebut berhasil membentuk apa yang dinamakan dengan “Hoofdkwartier Pemoeda Aloemni Keloeawaran Pergoeroean Al-Irsjad” dan secara aklamasi mengangkat Ahmad Surkati sendiri guru utama kader-kader penerus tersebut sebagai Ketuanya, dan Awad Albargi sebagai Sekretaris. Sedangkan murid-murid Surkati lainnya seperti Abdoellah Agil Badjerei, Oemar Soelaiman Nadji, Oemar Hoebeis, mereka masing-masing duduk sebagai para anggota Hoofdkwartier. 

Sejak terbentuknya PEMOEDA ALOEMNI KELOEAWARAN PERGOEROEAN AL-IRSYAD itulah Al-Irsyad Al-Islamiyyah dirasakan banyak mengalami kemajuan yang pesat dan mendapatkan sambutan luar biasa dari kalangan internal warga Al-Irsyad (Irsyadien). Sehingga dalam waktu yang relatif singkat keberadaan Pemuda Aloemni Al-Irsyad tersebut telah terbentuk di hampir semua cabang-cabangnya. Segala bentuk pembinaan pun dilakukan, salah satunya adalah mendirikan Nadi. Di awal pertumbuhannya Nadi sudah terbentuk di hampir semua kota khususnya di pulau Jawa. Nadi kala itu dikenal pula dengan nama Clubgebouw Al-Irsjad. Adapun tujuan dari didirikannya Nadi tersebut adalah sebagai sarana berkumpulnya kaum muda Al-Irsyad di dalam menyalurkan bakat dan minat, berkreatifitas dan sebagai sarana pembinaan. Nadi Al-Irsyad yang salah satunya didirikan oleh Al-Irsyad cabang Surabaya diantara kegiatannya adalah debatclub, sebuah forum/wadah  yang dibuat untuk melatih dan membina kader yang mampu berpikir kritis dalam menghadapi tantangan zaman. 

Debatclub ini dibina oleh para guru yang mumpuni, memiliki gedung yang dilengkapi dengan perpustakaan. Nadi yang salah satunya terbentuk di Al-Irsyad cabang Surbaya, dahulu terletak di dalam gedung sekolah Al-Irsyad Jalan Danakarya, sekarang lebih dikenal dengan Jalan  Sultan Iskandar Muda. Guru yang mumpuni dalam Nadi tersebut mendidik kawula muda untuk membaca, berdiskusi dan berpikir kritis, membahas tema-tema kontemporer yang memerlukan kemampuan dan keahlian untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Banyak di antara peserta Debatclub dalam Nadi itu kelak menjadi tokoh penting yang dikemudian hari memiliki segudang prestasi nan gemilang. 

Tahun 1933, An-Nadi al-Adabi al-Islami, demikian namanya, juga telah berhasil didirkan di Buitenzorg (Bogor). Sebagaimana pula yang telah didirikan oleh Al-Irsyad cabang Surabaya, Syech Abdul Aziz Ar Rasyid, ulama yang berasal dari kuwait disebut-sebut merupakan guru yang mumpuni yang memiliki peran aktif dalam pembinaan pada An-Nadi al-Adabi al-Islami ini. Selain membuka kursus bahasa arab dan kajian agama Islam, An Nadi al Adabi al Islami di Bogor antaranya memberikan pembinaan tentang pemahaman Mabadi Al-Irsyad atau azas-azas Al-Irsyad, serta menanamkan nilai-nilai kebangsaan pada anggotanya. Hal itulah yang kemudian karena dianggap berbahaya oleh Pemerintah kolonial Hindia Belanda, An Nadi al Adabi al Islami di kota Bogor tersebut sempat dibubarkan dan memenjarakan pembinanya Syech Abdul Ar Rasyid, karena telah  memberikan penanaman semangat kebangsaan anti kolonialisme kepada anggota yang dibinanya.

Dalam bulan Juni 1930, Hoofdkwartier Pemoeda Aloemni Keloeawaran Pergoeroean Al-Irsjad telah secara resmi menunjuk Abdurrahman Baswedan dan Muhammad bin Abud Alamudi keduanya sebagai Eksekutif Komite Kongres yang ditunjuk untuk melaksanakan kelanjutan penyelenggaraan kongres Pemoeda Aloemni Keloeawaran Pergoeroean Al-Irsjad ke-2. Tapi sayang, kongres yang sedianya akan diselenggarakan pada akhir Juni 1930 itu dibatalkan karena kedua orang tokoh tersebut mengundurkan diri dari jabatannya dikarenakan kesibukan-kesibukannya, terutama Abdurrahman (AR) Baswedan yang banyak mencurahkan aktivitasnya pada Indo Arabische Verbond atau IAV, hingga organisasi yang dirintisnya tersebut mencapai puncaknya pada tanggal 5 Oktober 1934, dengan telah meng-evolusi dirinya dengan semangat perjuangannya yang sama yang berhasil mendirikan Persatoean Arab Indonesia dan terkenal pula dengan pernyataan sumpah para Pemuda Keturunan Arab, sebagai bentuk komitmen mereka untuk menegaskan kesetiaannya kepada bangsa Indonesia sebagai tanah airnya, dan berjuang menuju cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia, bahkan salah satu pentolannya, AR Baswedan turut pula  menjadi The Founding Fathers Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Setelah gagalnya kongres ke-2 itu, pada 26 September 1939, sebuah peristiwa penting dan hanya satu kali terjadi selama lebih dari satu abad lamanya, Al-Irsyad cabang Surabaya menorehkan sejarahnya yang gemilang dengan berhasil menjadi tuan rumah peringatan Akbar Milad Al-Irsyad Al-Islamiyyah ke 25. Acara akbar ini berlangsung selama dua hari, digelar dari tanggal 26 September hingga tanggal 1 Oktober 1939. Peringatan Milad ini berbarengan pula dengan penyelenggaraan kongres pertamanya secara nasional setelah selama dua puluh lima tahun, sejak berdirinya kegiatan konstitusional organisasi ini diselenggarakan pada setiap tahunnya, yang kala itu masih dinamakan dengan Rapat Umum Anggota atau R.U.A. Kedua maha penting hajat besar Al-Irsyad di kota Surabaya itu dinamakan dengan “RECEPTIE CONGRES - JUBILEUM AL-IRSJAD 25 TAHOEN”. Pemuda Alumni Al-Irsyad tampil sebagai panitia Kongres yang diketuai oleh Muhammad Bahwal dan Ahmad bin Salim Mahfudz sebagai Sekretaris kongres. Sedangkan Syech Ahmad Surkati, tokoh central di Al-Irsyad mendapatkan kehormatan dan sambutan yang luar biasa dari Irsyadien. 

Bertempat di gedung Al-Irsjadschool, Syeikh Ahmad Surkati tampil berpidato pada resepsi pembukaan di hadapan para peserta kongres, dan warga Al-Irsyad. Acara akbar ini dihadiri sejumlah perwakilan organisasi dari berbagai orgnisasi pergerakan Islam seperti MIAI, JIB, PSII, Muhammadiyyah, NU, PII, PAI, Tasywirul Afkaar, dan lain-lain.

Bagi Al-Irsyad, seperti yang ditulis oleh Almarhum Hussein Badjerei dalam buku karyanya “Al-Irsyad Mengisi Sejarah Bangsa”, kongres itu disenut sebagai tahapan penting bagi Al-Irsyad Al-Islamiyyah dalam sejarah perkembangannya. Sebab dalam kongres ini, ikut pula berkongres cabang-cabang Nahdatul Mu’minat yang dalam Kongres tersebut telah mengubah namanya menjadi Al-Irsyad Bagian Istri. Juga ikut ber kongres cabang-cabang Pemuda dan Kepanduan Al-Irsyad. Kongres inilah yang dianggap merupakan titik awal dari masa peralihan yang akan dilampaui oleh Al-Irsyad, berbagai keputusan penting dan strategis di ambilnya melalui Kongres ini. Karena sejak itulah Al-Irsyad menata organisasinya menurut kebutuhan dan perkembangannya yang mutakhir. 

Bagi Pemuda Al-Irsyad, kongres ini telah menjadi momentum paling bersejarah karena Hoofdkwartier Pemoeda Aloemni Keloeawaran Pergoeroean Al-Irsjad berikut  utusan cabang-cabangnya dari berbagai kota yang ikut berkongres, secara khusus dalam sidangnya mengukuhkan diri secara resmi sebagai Badan Otonom dan menetapkan tanggal 26 September 1939, sebagai tanggal kelahiran Pemuda Al-Irsyad dengan mengubah namanya menjadi PEMOEDA AL-IRSJAD.



Fase kedua, sejak perubahan status otonominya tersebut (1939), momentum penting Pemuda Al-Irsyad yang kemudian kembali bangkit adalah dideklarasikannya kembali Pemuda Al-Irsyad sebagai Badan Otonom oleh pasangan Drs.Geis Khalifah (Ketua Umum) dan Mansyur Alkatiri (Sekjen) pada 10 Agustus 2008 dan terselenggaranya Musyawarah Besar ke-9 Pemuda Al-Irsyad pada tahun 2009 di kota Cirebon dengan memilih Abdullah Hasyim Baraja sebagai ketua umum Pengurus Besar Pemuda Al-Irsyad. 

Mubes ke-9 di kota Cirebon ini menjadi Mubes Pemyda Al-Irsyad yang pertama sejak mubes terakhirnya, setelah pembekuan Badan-Badan Otonom dalam lingkup Al-Irsyad Al-Islamiyyah, yang konon sengaja telah dimati surikan akibat gonjang ganjing dinamika politik di tanah air pada tahun 1985.

Fase kedua “kebangkitan kembali” Pemuda Al-Irsyad (2009) dari sejak pembekuannya (1985) tersebut, sempat melawati masa romantismenya pada masa-masa keemasannya dari sejak terselenggaranya Mubes bersejarah Pemuda Al-Irsyad di kota Surakarta yang dilaksanakan sekaligus Miladnya di usia yang ke-25 tahun 1964, dikenal pula sebagai Mubes Sala. Di Mubes inilah para tokoh nasional dari generasi pertama dan kedua pendiri republik, masih sempat menghadirinya, menyaksikan dan ikut mengungkapkan kesaksiannya sebagai pelaku sejarah atas kiprah Al-Irsyad terhadap bangsa, termasuk dari Pahlawan kemerdekaan sekaliber Bung Tomo, yang menjadi ikon gelora perjuangan arek-arek Suroboyo. 

Kini di usianya yang tidak lagi muda, dalam milad Pemuda Al-Irsyad yang ke 81 tahun sekarang ini (26 September 2020), tentu ada banyak pihak yang juga menaruh harapan agar Pemuda Al-Irsyad sekarang ini, masa di mana suasana yang pernah dialaminya  dahulu di tahun-tahun atau dimasa revolusi yang waktu itu dikenali sebagai eksponen 66 tersebut, yang seolah seperti me-reka ulang kembali sejarah untuk mempertaruhkan idiologi kebangsaannya demi menjaga bingkai ke-bhineka-an bangsa ini secara bertanggung jawab. Pemuda Al-Irsyad diharapkan mampu memberikan nilai kemanfaatannya kembali akan kehadirannya di tengah persoalan bangsa yang sekarang ini dipandang sudah semakin kompleks. Pemuda Al-Irsyad harus tetap mampu berpikir maju terdepan di dalam menggerakkan potensi internalnya guna memperkuat kualitas dirinya dan peka pada persoalan-persoalan krusial kebangsaan untuk perbaikan menuju bangsa yang maju.

harapan lainnya adalah, agar kader-kader Pemuda Al-Irsyad memiliki bekal keimanan, keilmuan dan kemandirian serta kematangan berpikir untuk bersiap diri mengambil alih estafeta kepemimpinan internal dan lebih dari itu untuk tampil memberi warna pada masalah-masalah kebangsaan secara bertanggung jawab untuk menunjukan peran penting bagi Pemuda Al-Irsad yang telah teruji jati dirinya sejak kelahirannya pada 81 tahun yang silam, sebagai kader-kader yang berpijak pada ajaran Islam yang ber akhlaqul karimah dan Islam yang rahmatan lil alamin.

Ilal Amami Ya Banil Irsyad



Ied MILAD PEMUDA AL-IRSYAD
26 September 1939 - 2020

Abdullah Abubakar Batarfie

Belum ada Komentar untuk "Milad ke-81 Tahun PEMUDA AL-IRSYAD"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel