Kunjungan Cucu Ulama Terkemuka Kerajaan Kuwait ke PUSDOK & Kajian Al-Irsyad Bogor


Pusat Dokumentasi (PUSDOK) & Kajian Al-Irsyad Al-Islamiyyah Kota Bogor pada pagi hari ini pukul 08.00 WIB (Senin, 26/08/2019) mendapatkan kunjungan tamu kehormatan Ibu Syaikhoh Abdul Latif Arrasyid dari negara Kuwait. Beliau adalah cucu dari ulama terkemuka Syaikh Abdul Azis Arrasyid, sahabat karib Syaikh Ahmad Surkati yang pernah lama menetap di Indonesia. Kedatangan Ibu Syaikhoh dan rombongan disambut dan diterima dengan hangat oleh Ketua PUSDOK Abdullah Abubakar Batarfie yang didampingi oleh Saudara Kamil Sungkar (ketua PC Pemuda Al-Irsyad Kota Bogor). Hadir menyambut Ibu Laila Syahbal, Ketua PW Wanita Al-Irsyad Jawa Barat yang juga merangkap Ketua PC Wanita Al-Irsyad Kota Bogor bersama jajajaran pengurusnya.

Kunjungan pertama kalinya Ibu Syaikhoh ke PUSDOK adalah dalam rangka napak tilas jejak dan sejarah perjuangan kakeknya Syaikh Abdul Azis Arrasyid. Tapi sebelumnya beliau pernah melakukan korespondensi dan juga menugaskan utusannya guna mendapatkan copy dari naskah asli majalah Attauhied, salah satu koleksi yang dimiliki oleh PUSDOK. Copy majalah itulah yang kemudian disuntingnya dan dicetak ulang. Cetakan ulang itu kemudian salah satunya diserahkan kepada PUSDOK, berikut majalah dan kitab-kitab karangan Syaikh Abdul Aziz Arrasyid lainnya. Serah terima buku tersebut di dokumentasikan dengan menampilkan majalah cetakan baru hasil suntingannya dengan majalah asli yang dimiliki oleh PUSDOK

Ibu Syaikhoh Abdul Latif Arrasyid sangat mengapresiasi koleksi yang dimiliki oleh PUSDOK, bahkan beliau menemukan koleksi lain dari karya kakeknya Syaikh Abdul Aziz Arrasyid yang selama ini belum pernah diketahui dan didapatinya, yaitu cetakan awal majalah Al-Kuwait & Al-Iraky yang diterbitkan di Buitenzorg (Bogor) pada tahun 1931. Majalah itupun langsung dimintanya untuk dibuatkan copinya yang akan dibawanya pulang ke negara asalnya Kuwait.

Selain melihat-lihat koleksi baik buku-buku, majalah, dokumen dan foto lama di PUSDOK yang berlokasi di Jalan Pekojan Bogor. Masih di kawasan yang sama, Ibu Syaikhoh Abdul Latif Arrasyid menyempatkan diri mengunjungi majelis taklim Wanita Al-Irsyad di Masjid At-Taqwa, masjid yang pernah dibangun kembali oleh Al-Irsyad cabang Bogor pada tahun 1933. Berita pembangunan masjid itu diberitakan dalam majalah Attauhied yang dipimpin Syaikh Abdul Aziz Arrasyid. Di Masjid itu pula beliau melakukan aktivitas dakwahnya yang menjadi pusat kegiatan dakwah dan syiar Islam Al-Irsyad sejak organisasi itu didirikan di kota Bogor pada tahun 1928.

Ibu Syaikhoh juga berkesempatan mengunjungi klinik Al-Irsyad dan kantor sekretariat PC Wanita Al-Irsyad cabang Bogor yang berkokasi di jalan Lolongok dan Gedung SDIT Al-Irsyad Al-Islamiyyah di Jalan Sedane. Di lokasi SDIT itulah pernah didirikan Nadi Al-Irsyad yang dinamakan Al Nadil Adabi yang pembentukannya merupakan ide dan gagasan dari Syaikh Abdul Aziz Arrasyid.

Gagasan dibentuknya Nadi atau Club Gebowd tersebut adalah sebagai wadah tempat berhimpunnya kaum muda sebagai intelektual yang perlu dibina sebagai kader penerus. Nadi inipun kemudian didirikan yang bukan saja di Bogor, tapi dibentuk pula dihampir semua cabang-cabang Al-Irsyad di kota lainnya. Nadi tersebut dikenal pula sebagai clubgebouw Al-Irsjad. Adapun tujuan  didirikannya Nadi ini adalah sebagai sarana berkumpulnya kaum muda di dalam menyalurkan bakat, minat dan berkreatifitas. Di antara kegiatan pembinaannya adalah debating club, sebuah lembaga untuk membina kader yang mampu berfikir kritis dalam menghadapi tantangan zaman. Di dalam Nadi disediakan pula buku-buku bacaan dan majalah untuk pembiasaan membaca bagi generasi muda sebagai bahan diskusi dan membahas tema-tema yang kontenporer. clubgebouw Al-Irsjad atau Al Nadil Adabi dibubarkan oleh Pemerintah Belanda karena dianggap berbahaya.

Pemuda dan Pelajar yang dibina oleh Syaikh Abdul Aziz Arrasyid dalam clubgebouw Al-Irsjad (An Nadil Adabi) gagasan dan bentukannya yang kemudian menjadi program nasional Al-Irsyad Al-Islamiyyah

Beberapa lokasi, tempat dimana Syaikh Abdul Aziz Arrasyid pernah menetap di Bogor, juga sempat dikunjungi dinapak tilasi oleh Ibu Syaikhoh. Antaranya adalah rumah yang peran didiaminya di Jalan Pahlawan (dahulu Bondongan) dan di jalan Lolongok Tengah. Juga mendatangi bekas kantor percetakan Buitenzorgsche Drukkerij yang menjadi tempat mencetak majalah Al-Kuwait & Al-Iraky di jalan tanjakan Empang yang sekarang berdiri toko busana dan juga sekarang namanya berubah menjadi Jalan Raden Saleh Sjarif Bustaman. Napak tilas lainnya adalah jalur jalan kereta api jurusan Bogor-Sukabumi. Di jalur rel kereta yang berada dekat dengan kampung Bojong Neros, Syaikh Abdul Aziz Arrasyid pernah diteror dan dianiaya yang melukai dirinya. Motif pelakunya adalah akibat tulisan-tulisan beliau yang tajam tentang dakwah pemurnian Islam yang ditentang oleh kaum tradisional.

Syaikh Abdul Aziz Arrasyid dipandang sebagai tokoh pembaharuan pemurnian Islam dan  pergerakan di Kuwait. Ia dikenal sebagai pendobrak kemunduran berfikirnya umat Islam di negaranya yang mengharamkan berbagai ilmu pengetahuan umum untuk diajarkan pada madrasah-madrasah tradisional di Kuwait, termasuk mengharamkan belajar untuk menguasai bahasa Ingris dan Prancis.

Syaikh Abdul Aziz Arrasyid dilahirkan pada tahun 1883 di Kuwait. Sebelum menginjakan kakinya ke Indonesia, beliau sempat mendirikan beberapa lembaga pendidikan di beberapa tempat di negaranya, salah satunya adalah Madrasah Almubarakiyah. Ia tiba di Indonesia yang kedatangannya atas anjuran sahabatnya Syaikh Ahmad Surkati pada tahun 1930. Kedatangannya ke Indonesia bersamaan dengan masa bergejolaknya suasana aktivitas pergerakan-pergerakan Islam seperti Syarekat Islam, Muhammadiyah, Al-Irsyad, Persis dan lain-lain.

Setelah beberapa lama menetap sementara di kediaman sahabatnya Syaikh Ahmad Surkati di Batavia, Iapun kemudian pindah memilih tinggal di Buitenzorg (Bogor) karena kesejukan dan keheningan kota itu sebagaimana arti dari nama kota itu sendiri yaitu, Buiten yang artinya diluar dan zorg secara maknawi berarti hiruk pikuk. Buitenzorg mengandung arti diluar hiruk pikuk atau diluar kesusahan. Keberangkatan kepindahannya ke Buitenzorg dijemput oleh Said Hadi Bawazier dan Abud Sungkar dari Batavia. Ia kemudian tinggal di Jalan Bondongan milik Syaikh Muhammad bin Abdallah bin Awad bin Abdat (sekarang toko alfamart di jalan Pahlawan) setelah sebelumnya menikahi wanita pribumi di desa Cipayung yang berada dekat dengan kawasan perkebunan teh di Puncak Bogor.

Di Bogor ia bersama teman seperjuangannya Junus Al Bahrry asal Tunisia, pernah menerbitkan majalah bulanan Al-Kuwait & Al-Iraky yang terbit hingga nomor 10, Juni 1932. Ide menerbitkan Majalah ini adalah untuk meneruskan kembali majalah "Al-Kuwait" yang pernah dirintis dan diterbitkan di tempat kelahirannya Kuwait pada tahun 1920.

Cover majalah Al-Kuwait&Al-Iraky Penerbitan yang terakhir

Cover majalah Attauhied Nomor pertama

Pada Tanggal 3 Maret 1933, Syaikh Ahmad Surkati bersama Syaikh Abdul Aziz Arrasyid menerbitkan majalan Attauhied. Pada nomor pertamanya hingga nomor kedua alamat redaksinya beralamat di kediaman Syaikh Ahmad Surkati yang berada di sudut Gang Kenari, dikenal Jalan Keramat No.174, Batavia Centrum. Pada tanggal 16 Agustus 1933, nomor ke 3 majalah tersebut alamat redaksinya kemudian dipindahkan ke Buitenzorg yang beralamat di Jalan Pekojan Empang dan dikelola sendiri oleh Syaikh Abdul Aziz sebagai editor majalah tersebut. Dengan dukungan jumiyyah Al-Irsyad, majalah Attauhied tersebar luas kehampir seluruh pelosok tanah air. Bahkan hingga ke luar negeri seperti Kuwait, Bagdad, Mekkah, Mesir dan Singapura.

Penerbitan majalah Attauhied mendapatkan restu Sayyid Rasyid Ridho dan informasi terbitnya telah dimuat dalam majalah Al-Manaar yang diasuhnya. Di nomor ke 4 majalah Al-Manaar pada bulan Rabiul Awal tahun 1302 Hijriyah, Sayyid Rasyid Ridho menyatakan  bahwa Syaikh Abdul Aziz Arrasyid adalah ulama yang lurus dan jujur, yang memiliki semangat untuk menyebarkan misi Sayyid Jamalauddin Al-Afghani dan Sayyid Muhammad Abduh dalam dunia Islam.

Setelah peristiwa insiden yang menimpanya di Bogor, untuk sementara Syaikh Abdul Aziz Arrasyid atas anjuran dari sahabatnya Syaikh Ahmad Surkati dipindahkan ke kota Pekalongan. Di Pekalongan beliau menjadi tenaga pendidik pada madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah Pekalongan. Juga sempat melakukan safari dakwahnya ke Semarang, Cirebon, Surabaya dan kota-kota lainnya. Di kota Surabaya, Ia bersahabat erat dengan Ustadz Syauqi Al-Ayubi salah seorang guru di Perguruan Al-Irsyad Surabaya.

Syaikh Abdul Aziz Arrasyid berpulanga ke rahmatullah di Batavia (Jakarta) pada tahun 1938 dan dimakamkan di pemakaman wakaf Syaikh Said Naum di Tanah Abang. Di Indonesia dari istrinya yang berasal dari desa Cipayung, Ia dikaruniai 2 orang anak perempuan. Sedangkan dari istri pertamanya di Kuwait dikaruniai beberapa orang anak laki-lakinya, salah satunya Abdul Latif ayah dari Ibu Syaikhoh. Salah satu anaknya yang bernama Ya'qub Abdul Aziz Arrasyid pernah menjabat sebagai Duta Besar Kuwait untuk Pakistan, India, Turki dan dibeberapa negara lainnya.

Jejak-jejak Syaikh Abdul Aziz Arrasyid di kota-kota yang pernah disinggahinya, terutama ke kota Pekalongan akan menjadi salah satu tujuan napak tilas Ibu Syaikhoh Abdul Latif Arrasyid.





 Melihat lokasi insiden Syaikh Abdul Aziz Arrasyid dari arah jembatan kereta api paledang


 Lokasi bekas percetakan Buitenzorgsche Drukkerij Buitenzorg

Lokasi bekas kediaman Syaikh Abdul Aziz di Jalan Bondongan (sekarang jalan Pahlawan dan bekasnya menjadi Alfamart

 Rumah (photo atas) sebelum dibongkar dan berubah menjadi Alfamart

Buku Biografi Syaikh Abdul Aziz Arrasyid



Belum ada Komentar untuk "Kunjungan Cucu Ulama Terkemuka Kerajaan Kuwait ke PUSDOK & Kajian Al-Irsyad Bogor"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel