Tak Lekang Oleh Waktu, Suara Emas Juhana Satar, Seniman Legendaris Orkes Melayu Indonesia
25 Juli 2023
Tulis Komentar
Suaranya masih meresik dan melengking meski usianya sudah tidak muda lagi, kualitas suaranya benar-benar terjaga hingga terdengar begitu merdu saat menyanyi. Nama aslinya adalah Juwana tapi dalam dunia seni tarik suara musik melayu Indonesia, namanya masyhur dengan penyebutan Juhana Satar. Nama Satar dipakai setelah Ia bersuamikan pria berdarah Pakistan, Abdul Sattar yang ayahnya bernama Abdul Karim Kasim Patel.
Almarhum Abdul Karim Kasim Patel
Juhana Satar saat ini terbilang sebagai satu-satunya seniman musik melayu legendaris yang paling senior dan tertua se Indonesia, sezaman dengan musisi melayu ternama lainnya seperti Hussein Bawafie, Hussein Aidid, M.Mashabi, Munif Bahasuan, Hasnah Thahar, dan sederet nama panjang lainnya. Dengan kondisi tubuh yang masih bugar, sampai dengan sekarang ini dengan usianya yang sudah menginjak 83 tahun, Ia masih tetap aktif bernyanyi membawakan lagu-lagu melayu lawas yang pernah hits di zamannya, baik yang diciptankannya sendiri maupun oleh orang lain. Tiga diantara lagu terpopuler yang diciptakannya adalah "Sesal dan Derita", "Ditinggal Kekasih" dan "Usah Kau Kenang".
Juhana Satar dilahirkan dari keluarga Betawi tulen anak pasangan Djoenaidi dan Sami pada 19 Maret 1940 di kawasan Jembatan Lima, salah satu kampung tua di wilayah Jakarta Barat yang lokasinya berdekatan dengan Kampung Arab Krukut. Selain Krukut, Pekojan pun terkenal sebagai Kampung Arab di Batavia yang banyak melahirkan sejumlah tokoh di pelbagai bidang, termasuk seniman kenamaan Hussein Aidid dan Hussein Bawafie. Di Pekojan itulah perkenalannya dengan seni musik melayu dimulai sejak Ia ikut bergabung dengan kumpulan "Orkes Melayu Kenangan" pimpinan Hussein Aidid.
Karir dan kepiawian Juhana bernyanyi naik ke atas panggung bisa dikatakan sangat fenomenal, karena saat itu usianya baru 7 tahun tapi sudah berani tampil bernyanyi membawakan lagu-lagu hits yang diciptakan oleh banyak musisi kenamaan di masanya. Bahkan di usia sepuluh tahun Juhana sudah masuk ke dalam dapur rekaman lewat tembang pertamanya "Mengapa Ku Tak Tahu". Lagu itu diciptakan oleh Hussein Aidid yang alunan musiknya disadur dari lagu India, "Mera Joota Hai Japani". Lagu yang sama kembali Ia dendangkan untuk pertama kalinya secara mengudara oleh Juhana Satar dalam iringan OM Kenangan yang dipancarkan ke seluruh Indonesia lewat Radio Republik Indonesia (R.R.I) Jakarta, pada 26 Oktober 1950. Juhana menjadi biduanita pertama musik melayu, yang suaranya disiarkan oleh Radio Republik Indonesia.
Sebagai seorang musisi, Hussein Aidid disebut-sebut telah ikut melakukan transformasi kesenian peranakan Arab dari Gambus menjadi Orkes Melayu, dengan tetap menggunakan "Oud" (alat petik gambus) sebagai alat utama yang dikolaborasinya dengan berbagai jenis alat musik yang lebih dinamis seperti biola, accordion, gitar bas, gendang, tamborin (atau jir yang mengeluarkan suara gemerincing), marakas dan alat musik modern lainnya seperti trompet, klarinet, saksofon dan piano. Hussein bin Alwi Aidid adalah pencipta lagu yang dilahirkan tahun 1913 di kampung Arab Pekojan, saat Jakarta masih bernama Batavia dan wafat di kota itu di pada 19 September 1965. Semula Ia memimpin Orkes Gambus "al-Usysyaaq" yang dirintisnya sejak tahun 1947, kelak kemudian diubahnya menjadi Orkes Melayu Kenangan pada tahun 1950.
Foto Musisi Legendaris Orkes Melayu
(Jas Hitam Alm Hussein Bawafie)
Tidak hanya bersama "O.M.Kenangan, Juhana juga kerap tampil bersama kumpulan orkes-orkes Melayu terkenal di zamannya, sebut saja antaranya adalah O.M Pantjaran Djiwa, O.M.Siguntang, O.M Kelana Ria dan O.M.Chandralela. Nama perkumpulan musik terakhir O.M.Chandralela, bahkan telah ikut melambungkan namanya lewat tembang "Kecewa" yang diciptakan sendiri oleh H.Hussein Bawafie, pendiri dan pemimpin perkumpulan orkes tersebut. Judul lagu "Kecewa" sempat dirilis oleh penyanyi asal Indramayu Iis Dahlia bergenre dangdut pop yang kemudian melambungkan namanya dan menobatkannya sebagai Penyanyi Dangdut Wanita Terbaik pada 1997 silam.
Bersama Orkes Musik Chandralela, banyak para pencipta musik melayu yang setelah lagu ciptaannya itu dinyanyikan oleh Juhana Satar, ikut pula melambungkan namanya dan ikut terdongkrak kian terkenal, sebut saja antaranya adalah Mansyur.S yang kini telah sukses menjadi salah satu dari deretan artis Dangdut papan atas Indonesia
Juhana Satar dianggap sebagai pelantun lagu orkes melayu bersuara khas, lagu-lagu yang diciptakan oleh para musisi untuknya sengaja disesuaikan dengan cengkok yang dikuasainya. Karena itu lagu-lagu yang dibawakan oleh Juhana Satar tidak mudah untuk ditiru. Orkes Melayu yang kini namanya telah bermetamorfosa menjadi "Dangdut", suara emas Juhana Satar telah memiliki andil yang sangat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan musik Dangdut di Indonesia, ikut memperkaya kahazanah seni musik di tanah air yang selayaknya mendapatkan apresiasi dari semua pihak, termasuk dari pemerintah dan terutama oleh dunia seni musik Dangdut yang sudah dianggap sebagai identitas dan budaya Indonesia.
Ribuan keping piringan hitam dan cassete recorder yang berisi lagu-lagu Juhana Satar telah beredar meluas di tanah air menyapa jutaan kuping anak bangsa yang mengemari lagu-lagunya, terutama generasi tahun 60-an hingga 70-an yang muncul dari berbagai kalangan para penyuka suara dan lagu-lagunya yang hits, termasuk kolaborasinya dalam satu album bersama M.Mashabi. Diantara jutaan penggemar beratnya itu antaranya ialah Prof. Mahfud MD, tokoh nasional yang sekarang sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia.
Selain menjadi penyanyi, Juhana Satar juga pernah ikut bermain dalam film layar lebar bersama artis-artis ternama Indonesia. Tangkiwood, Hollywood versi Jakarta zaman dulu merupakan tempat dimana Juhana Satar pernah ikut terlibat dalan berbagai pentas teater musikal yang banyak dibintangi oleh seniman gaek, termasuk artis tiga zaman Tan Tjeng Bok. Juhana Satar pernah ikut bermain film dengan artis terkenal dimasanya seperti Laela Sari, Hamid Arif, Citra Dewi, Aminah Cendrakasih, Bing Slamet, Wolly Sutinah (Mak Wok) dan artis kesohor lainnnya.
Menurut yang dikisahkan oleh Juhana Satar, suaminya tidak begitu menyukai ia terjun sebagai penyanyi, karena itu karirnya sebagai seorang seniman tarik suara tidak kemudian mempercepat untuk melambungkan namanya, termasuk tidak diperkenankannya diliput oleh media. Juhana tampil menyanyi karena terpanggil untuk menjadi pengabdi, hasrat seorang seniman yang idealismenya telah tumbuh dalam dirinya sebagai seorang seniman sejati dan bukan untuk mencari popularitas dan mengumpulkan pundi-pundi dari hasilnya bernyanyi.
Juhana Satar bersama penulis
Di kawasan puncak yang sejuk, musisi senior gaek Indonesia itu kini menikmati masa senjanya di rumahnya yang asri di desa Tugu, Cisarua Bogor. Foto-foto masa muda dan potret keluarganya hampir menutupi semua dinding dalam rumahnya. Dari pernikahannya dengan Abdul Sattar, Juhana telah dikaruniai tiga orang anak, terdiri dari dua puteri dan satu orang putera, beberapa cucu dan cicit. Ia sudah menetap dikediamannya berupa "Pasanggrahan" itu sejak tahun 1989 yang telah dibeli dan dimilikinya pada 1967. Tertulis nama "Nishat" pada dinding depan teras di rumahnya yang klasik, nama yang sengaja dipilihnya dari bahasa India untuk menghormati dan mengabadikan pujaan hatinya, suami tercintanya Satar, pria Indonesia berdarah Pakistan.
Bogor, 25 Juli 2023
Abdullah Abubakar Batarfie
Belum ada Komentar untuk "Tak Lekang Oleh Waktu, Suara Emas Juhana Satar, Seniman Legendaris Orkes Melayu Indonesia"
Posting Komentar