Khubbuz Mariyam, dari kisah Mariyam Binti Imran hingga Roti Konde di Nusantara

Roti Maryam atau Roti Maria, meski sejarah awal dan perkembangannya belum dapat diketahui secara pasti, namun dari sejumlah sumber menyebutkan bahwa makanan berwarna kuning yang terbuat dari tepung gandum sebagai bahan utamanya ini berasal dari Qatif, sebuah daerah tertua di Teluk Arab yang sudah di huni sejak ribuan tahun oleh para pengikut Nestorian sebelum Islam, sekte dalam ajaran nashrani kuno di jazirah Arabia yang meyakini dua kepribadian Isa sebagai manusia dan unsur ke-Illahian.

Luas Qatif terbentang dari Safwa di Utara hingga ke Dammam Selatan yang kini menjadi bagian dari wilayah kekuasaan kerajaan Saudi Arabia. Disebut roti Mariyam oleh penduduk Qatif kuno, karena roti itu biasa dibuat dan dimakan oleh Mariyam ibunda Isa. As. Bahkan tradisi membuat roti dengan sebutan roti mariyam yang berlangsung pada setiap tanggal 25 di bulan Shafar dalam penanggalan Hijriyah, masih dilakukan oleh penduduk Qatif hingga hari ini, karena tanggal tersebut diyakini oleh penduduk setempat sebagai peringatan hari wafatnya Mariyam Binti Imran, ibunda Nabi Isa AS.

Dari penduduk Qatif kuno, pembuatan dan penyajian Roti Mariyam kemudian menyebar keseluruh jazirah Arab, termasuk menjadi salah satu makanan pokok para penduduk di Yaman. Mereka menggunakan bahan dasar tepung gandum dengan campuran margarin sejenis Minyak Samin yang terbuat dari susu kambing. Roti pipih dan tipis berbentuk bulat itu dibuat matang dengan cara di tempel pada tungku oven yang terbuat dari tanah liat berbentuk kubah.

Tidak hanya di Timur Tengah, jenis roti serupa juga menjadi makanan pokok masyarakat Hindustani sejak berabad-abad yang lampau, yang konon mulai diperkenalkan pertama kalinya oleh orang-orang di Chennai, ibu kota Negara Bagian Tamil Nadu di India yang dahulu dikenal dengan sebutan Madras. Dari nama kota itulah yang kemudian memunculkan nama dengan sebutan Roti Canai.

Orang-orang India yang berimigrasi ke semenanjung Melayu, Roti Canai inipun kian semakin dikenal meluas dan merupakan jenis makanan yang banyak di konsumsi oleh etnis Melayu di Asia Tenggara. Mereka melafalkannya dengan sebutan "Roti Cane" dan terbiasa menyantapnya dengan kuah sayur kari atau gulai.

Roti canai atau yang lebih dikenal dengan sebutan 'Roti Maryam', di Indonesia merupakan roti pipih yang empuk dan dibuat tanpa menggunakan pengembang. Roti Maryam di Indonesia, terutama di Jawa diperkenalkan pertama kalinya oleh masyarakat Arab yang yang sudah berdiaspora di Nusantara.

Adanya koloni-koloni Arab, terutama di pulau Jawa yang kemudian memunculkan sejumlah kampung Arab, roti Mariyam sama halnya dengan jenis masakan lainnya, seperti nasi kebuli, kue kamir, sambosah dan lain-lain, menjadi jenis masakan khas keturunan Arab yang dikenal secara meluas dan kini sudah disukai oleh hampir sebagaian masyarakat Indonesia. Terlebih lagi karena rasanya yang telah disesuaikan dengan cita rasa lidah Nusantara, akibat adanya akulturasi dengan budaya lokal, baik bahan baku yang digunakan maupun cara penyajiannya, demikian juga pemunculan nama lain sebagai pengganti nama asalnya, salah satunya adalah nama Roti Mariyam dengan sebutan "Roti Konde". Penamaan Roti Konde diambil dari bentuk adonan mentah yang bentuknya menyerupai konde, sanggul rambut ciri khas wanita di Nusantara.

Bahan baku pembuatan Roti Konde yang dibuat oleh para peranakan Arab Indonesia yang berasal dari Hadramaut, selanjutnya disebut dengan istilah Hadharim, cara pembuatannya pun telah mendapatkan sentuhan yang menggunakan bahan olahan baru seperti telur ayam kampung dan mentega.

Roti Mariyam yang di tempat asalnya biasa disajikan dengan polos, menggunakan kuah dari bahan olahan daging kambing atau madu. Di Indonesia, dalam kalangan keluarga hadharim di kampung-kampung Arab, akan ditemukan sajian Roti Mariyam yang dikreasikan dengan beberapa isian seperti dicampur dengan berbagai topping manis dan penambah kelezatan, antaranya keju parut, susu kental manis dan selai coklat.

Sebenarnya tidak ada aturan waktu untuk mengonsumsi Roti Mariyam, tapi mengkonsumsi olahan khas dari Timur Tengah ini, budaya di negara asalnya secara umum dijadikan sebagai sajian untuk sarapan di pagi hari, demikian pula oleh para peranakan Arab (Hadharim) di Indonesia


Kanung Bogor, nama yang dinisbatkan pada nama perintisnya, Ibu Nur Sungkar yang sudah membuat olahan Roti Mariyam sejak tahun 1974, bisa dibilang sebagai pionir penjualan Roti Mariyam di kampung Arab, Empang Bogor. Awalnya sejak usahanya itu dirintis, dijual berdasarkan pesanan. Tapi kini oleh penerusnya, produksi olahan Roti Maryam atau Roti Konde dibuat dan dikemas secara modern memakai  brand bisnisnya dengan nama Kanung Bogor. Baik ukuran maupun rasa, diperkaya dengan banyak varian, salah satunya yang menggunakan topping coklat dan dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama di lemari pendingin, karena semua jenis olahan khas Timur Tengah tersebut disajikan dalam bentuk frozen.

Bogor 19 Ramadhan 1444 Hijriyah, bertepatan dengan tanggal 9 April 2023.


ABDULLAH ABUBAKAR BATARFIE

Belum ada Komentar untuk "Khubbuz Mariyam, dari kisah Mariyam Binti Imran hingga Roti Konde di Nusantara"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel