K.H Muhammad Akib murid Ahmad Surkati dari Negeri Bugis

K.H Muhammad Akib

Selain dikenal sebagai sumber inspirasi bagi para tokoh pergerakan Islam yang mendorong lahirnya berbagai organisasi Islam di Indonesia. Syaikh Ahmad Surkati melalui jalur pendidikan pada sekolah Al-Irsyad yang dirintis dan dibinanya, telah banyak melahirkan lulusan-lulusannya yang kelak kemudian memainkan peran penting di berbagai bidang. Diantara mereka bahkan menjadi tokoh-tokoh reformasi Islam yang memiliki pengaruh besar terhadap Indonesia. 

Anak didiknya tersebut tersebar dari berbagai daerah di Indonesia dan juga ada yang berasal dari kalangan anak-anak tokoh pergerakan Islam, seperti halnya dari Muhammadiyah yang kelak kemudian diantaranya tampil menjadi para pemuka dan pemimpin Muhammadiyah. Sebut saja tiga diantara mereka adalah K.H.R.Muhammad Yunus Anis, Prof.DR.K.H.Farid Ma'ruf dan Prof. KH. Abdoel Kahar Moezakir. Kontribusi Surkati terhadap lahirnya kader inti pada Muhammadiyah tersebut, surat kabar Adil di Solo pada 23 September 1939 memberinya pengakuan bahwa "Al-Irsyad adalah guru Muhammadiyah"

Kader inti Muhammadiyah yang mendapatkan didikan dan bimbingan Surkati di sekolah Al-Irsyad, selain tiga yang disebutkan diatas tadi yang kesemuanya berasal dari pulau jawa, juga ada diantaranya yang berasal dari luar pulau jawa dan tampil sebagai para pemuka Muhammadiyah di daerahnya. Satu dari se-abreg murid-murid Surkati tersebut adalah KH. MUHAMMAD AKIB yang pernah menjabat sebagai Ketua Muhammadiyah Sulawesi Selatan periode 1968-1971.

K.H. Muhammad Akib dilahirkan di kota Parepare pada bulan Januari 1910. Ia menyelesaikan pendidikannya di Al-Irsyad Batavia dalam bimbingan dan asuhan gurunya Syaikh Ahmad Surkati. Karena prestasi dan kemampuan berbahasa arabnya selama menempuh pendidikannya di Al-Irsyad, atas usaha dan dorongan gurunya Syaikh Ahmad Surkati, Muhammad Akib kemudian melanjutkan studinya ke Mesir hingga lulus di Darul Ulum Cairo. 

Sekembalinya dari studi di sekolah Al-Irsyad Batavia (Jakarta) dan Mesir, Ia pun kemudian kembali ketempat kelahirannya di bumi sulawesi tempat suku bugis berasal yang terkenal dengan semboyannya "Sekali Layar Terkembang Pantang Biduk Surut ke Pantai" untuk mengabdikan diri di Muhammadiyah dan ditugaskan sebagai pengajar pada Perguruan Muhammadiyah di Groep Takkalasi, Barru. Barru kini menjadi nama sebuah kabupaten di Sulawesi Selatan. Dua tahun setelah itu, Ia-pun kemudian dipindahkan untuk mengajar pada Madrasah Muhammadiyah di Bulukumba hingga mendapatkan tugas barunya sebagai guru Muallimin Muhammadiyah di kota Makassar. Sejak di kota Makassar inilah ia pun terjun aktif secara langsung sebagai aktivis organisasi dalam Persyarikatan Muhammadiyah di kota itu. 

Oleh karena kemampuannya yang sangat menonjol ditambah dengan daya tarik pribadinya, Muhammad Akib kemudian dipercaya untuk menjadi Ketua Muhmmadiyah Cabang Makassar. Dua tahun kemudian, tepatnya pada Konferensi Muhammadiyah di Sengkang pada tahun 1938, dia pun terpilih menjadi salah seorang Commisaris Konsoelat Muhammadiyah Celebes Selatan, mendampingi Haji Andi Sewang Daeng Muntu. Sejak saat itu, hingga tahun 1954, namanya selalu tercantum sebagai Anggota Konsul Muhammadiyah.

Pada tahun 1951, Kementerian Agama menugaskan kepada H. Muhammd Akib membentuk  Kantor Urusan Pendidikan Agama Propensi Sulawesi dan sekaligus mengangkatnya sebagai kepala kantor. Satu tahun kemudian, dia dipindah tugaskan menjadi Kepala Kantor Urusan Penerangan Agama Provinsi Sulawesi.

Pada Pemilu tahun 1955, Partai Masyumi mencalonkan Haji Muhammad Akib. Ia pun terpilih sebagai Anggota Parlemen Republik Indonesia. Dia mengabdi sebagai anggota parlemen sampai lembaga tersebut dibubarkan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960. Selepas menjadi anggota parlemen dengan hak pensiun, dia menetap di Jakarta. Selama di Jakarta dia tetap aktif di Muhmmadiyah sebagai pengurus salah satu majelis di Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Sekembali ke Makassar, H. Muhammad Akib meneruskan pengabdiannya kepada bangsa dan negara sebagai dosen di Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin hingga akhir hayatnya. Selain aktif di Muhammadiyah, KH. Muhammad Akib juga aktif menangani masalah-masalah keagamaan secara umum. Bersama-sama dengan Mukhtar Lutfi, dia aktif memprakarsai pendirian Masjid Raya Makassar. Sepanjang hidupnya, dia selalu menjadi pengurus Yayasan Masjid Raya, bahkan pernah menjadi ketuanya.

Kemampuan retorika dan gaya bahasanya yang memukau, membuat semua orang senang mendengarkan khotbah-khotbah dan ceramah-ceramahnya. Semua orang yang pernah bergaul dengannya pasti mengakui ketinggian pribadi dan kedalaman ilmunya. Namun demikian, dia selalu berpenampilan sederhana. Tidak pernah tampak cemberut karena marah atau bersedih. Hal yang selalu tampak dibibirnya hanyalah senyum.

*) Dikutip dari Buku “Menapak Jejak, Menata Langkah: Sejarah Gerakan dan Biografi Ketua-ketua Muhammadiyah Sulawesi Selatan”, diterbitkan oleh Penerbit Suara Muhammadiyah dan Majelis Pustaka dan Informasi PW Muhammadiyah Sulsel.


K.H.Muhammad Akib ketiga dari baris terdepan sebelah kiri dalam pertemuan silaturahmi (reuni) lulusan sekolah Al-Irsyad di Batavia yang di selenggarakan di Madrasah Al-Irsyad Jalan Kemakmuran (sekarang Jl.K.H.Hasyim Asy'ari) No.27 Jakarta Pusat pada tanggal 25 November 1962. Pertemuan tersebut diadakan menjelang pembukaan Muktamar Muhammadiyah ke-35 yang berlangsung di Jakarta. 

Hadir dalam reuni tersebut beberapa orang lulusan Al-Irsyad yang telah menjadi para pemuka bangsa dan tokoh masyarakat diantaranya adalah Prof.DR.K.H.Farid Ma'ruf, Kolonel K.H.R.Muhammad Yunus Anis, Kolonel K.H.Iskandar Ideris, K.H.Moh Soleh Syuaidy, Tubagus Syuaib Sastradiwirja, Ustadz Ali Hubeis, Ustadz Said Mangun, Ust Muchtar Lutfi, Muhammad Binnur dll. 

Para lulusan atau alumni yang pada zaman Belanda disebut sebagai Abiturien Al-Irsyad tersebut dalam keterangan pers yang di rilis oleh petikan Kantor Berita ANTARA No.328/A-B itu mengungkapkan bahwa mereka berkumpul untuk mengenang kembali masa dibangku sekolah Al-Irsyad diwaktu yang silam dan juga telah bersepakat untuk meningkatkan kembali kursus-kursus bahasa Arab (Abdullah Abubakar Batarfie, Ketua Pusat Dokumentasi & Kajian Al-Irsyad Bogor).

Belum ada Komentar untuk "K.H Muhammad Akib murid Ahmad Surkati dari Negeri Bugis"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel