O' Basalmah Macan Tua di Lembah Cisadane

Oemar bin Muhammad Basalmah, tapi ia biasa menggoreskan namanya diatas canvas dengan menulis O'Basalmah saja. Lahir di kampung Babakan Ciparay, Bandung pada 1 Mei 1912. Ayahnya Muhammad, adalah seorang pedagang yang berasal dari Hadramaut di negeri  Yaman Selatan.

O'Basalmah boleh dibilang perintis seni lukis modern Indonesia. Karyanya selalu bertemakan tentang alam dan karenanya Ia digolongkan dalam aliran pelukis Mooi Indie. Senagai seorang pelukis Ia telah berkarya dan ikut memperkaya seni rupa di Tanah Air selama empat zaman. Pada Tahun 1995 dunia seni lukis Indonesia menobatkannya sebagai pelukis tertua Indonesia.

O'Basalmah dalam pengakuannya pada penulis tidak memiliki guru dalam seni lukis, ia adalah pelukis outodidak yang belajar kepada alam. Sedangkan Ernest Dezentje dan Abdullah Soeriosoebroto dia sebutnya sebagai guru yang telah memberinya inspirasi dan hasrat pada kesenimanannya.

Saya (penulis) selalu menyapanya ami umar yang berarti paman. Saat menemaninya berpameran di kebun raya

Pada masa Hindia Belanda, karya O'Basalmah sudah sejajar dan sering berpameran bersama dengan pelukis kenamaan kala itu, seperti Arie Smith, Kees Mulder, Van A Ken, Ton Veen dan Kartono Yudhokusumo. Bahkan karyanya sudah dipatok harga yang paling tinggi oleh para penggemarnya kala itu. Jika karya pelukis belanda lainnya dihargai 300 sampai dengan 500 gulden, milik O'Basalmah terjual hingga diatas 1.100 gulden pada pameran lukisan yang diadakan di gedung bergengsi Lucasglide, kota Bandoeng.

O'Basalmah dan karyanya pernah diboyong ke negeri Belanda dan diajak pameran tunggal disana oleh Prof. Ville Ris Rambers. Karya-karya Basalmah digelar di Museum William Halewijn, Limburg pada tahun 1977. William Halewijn adalah seorang pelukis yang tergila-gila kepada seorang gadis peranakan Arab di Bogor. Gadis itupun kemudian dijadikannya objek dari lukisannya yang diberinya judul "Hindoen Gadis Arab" yang kini masih tersimpan di Museum William Halewijn, Limburg Belanda.

O'Basalmah pernah dianggap lenyap ditengah arus seni rupa modern, tapi kemudian dunia Seni Rupa Indonesia kembali dibuatnya terkejut. Ia tampil kembali setelah puluhan tahun dalam sebuah pameran tunggalnya di Jalan Naripan Bandung pada tahun 1985. O'Basalmah masih sanggup menantang modernitas kehidupan seni lukis Indonesia.

Tahun 1995 O'Basalmah pernah menjadi bintang dalam Bursa Seni Lukis Indonesia di Hotel Regen Jakarta. Lukisannya yang bertemakan lingkungan hidup dibeli dengan harga tertinggi oleh Siti Hardiyanti Indra Rukmana atau akrab disapa Mbak Tutut, puteri sulung Presiden R.I ke-2 Jendral (Purn) H.M Soeharto.

Uang hasil penjualan lukisannya yang dibeli oleh Mbak Tutut itu kemudian dibelikannya tebing dipinggir sungai cisadane dimana dia tinggal. Tebing yang berada di bantaran kali tersebut ditanaminya pohon-pohon rimbun sebagai cara dia untuk melestarikan alam. Di kawasan itu pula sudah sejak lama Ia menyatu dengan alam hingga akhir hayatnya. Rumah yang juga jadi galerinya di kawasan Munjul dinamainya Panineungan yang maknanya adalah "Nostalgia Kepada Yang Sudah Tiada".

Lokasi Munjul berada di Kelurahan Empang, hanya berjarak beberapa ratus meter saja dengan tempat Ia dimakamkan dalam Pemakaman wakaf khusus keturunan Arab di Los Lolongok yang masih berada di Kampung Arab Empang.

Karya O'Basalmah diburu oleh banyak kolektor baik di dalam maupun di luar negeri. Tak terkecuali pula oleh Bung Karno yang juga menyukai karyanya. Hanya saja dia bertahan harga dalam sebuah pameran kepada Bung Karno yang belakangan dia memberikan pengakuan bahwa karyanya itu memang enggan untuk di koleksi Presiden pertama Indonesia itu. Karena itulah karyanya kemudian tidak masuk dalam buku lukisan dan patung koleksi Presiden RI pertama Ir. Sukarno.

Dibalik karyanya yang teramat lembut, menyirat karakter O'Basalmah yang keukeuh dan keras. Kepada Bung Karno dia mahal hati, tapi Ia bermurah hati kepada Bapak Emil Salim dan Bapak Mochtar Kusumaatmadja. Kedua orang penting di masa orba itu malah dihadiahinya lukisan dengan cuma-cuma.

Bahkan Pangeran Benhard ia kirimi lukisannya ke negeri Belanda dan O'Basalmah-pun mendapatkan balasan khusus dari kerajaan kincir angin tersebut.

Tan Joe Hok Pahlawan Piala Thomas 1958, beruntung mendapatkan hadiah lukisan karyanya yang diberikan langsung oleh Nyonya O'Basalmah di gedung Gazebo Bandung.

O'Basalmah sebagai seorang pelukis yang setia pada alam merupakan pemerakarsa berdirinya sebuah masjid yang lokasinya berada di area Kebun Raya Bogor pada tahun 50-an. Saat itu belum ada fasilitas yang resprentatif untuk sholat bagi  para pengunjung taman tempat koleksi tanaman tropis terbesar dan tertua di dunia yang di dirikan oleh Thomas Stamford Rafflese, pendiri negara singapura.

Masjid dalam kebun raya itu dinamakan sendiri oleh O'Basalmah dengan nama Masjid Kifayatul Abidin. Bangunan masjid dibuat dengan menggunakan konsep alam, terbuat dari kayu berbentuk panggung. Sejak didirikan masjid itu difungsikan juga untuk ibadah sholat jum'at bagi karyawan dan pengunjung Kebun Raya.

O'Basalmah adalah jamaah tetap masjid Kifayatul Abidin yang dengan kreatifitasnya secara rutin membagikan foto copy kliping artikel tentang agama, kesehatan, lungkungan hidup dan pesan-pesan moral yang dihimpunnya dari berbagai koran dan majalah. 

Koran dan majalah itu ia beli secara berlangganan, tidak hanya satu nama koran saja, tapi lebih dari beberapa nama harian yang terbit setiap harinya yang dia beli secara berlangganan kepada Ami Kadir Bawazir, laki-laki keturunan Arab dan satu-satunya loper koran  di Kampung Arab Bogor yang berprofesi selama puluhan tahun. 

Di lokasi yang berdekatan kini sudah berdiri bangunan Masjid yang lebih luas dan megah dibangun dari bantuan Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila yang diresmikan langsung oleh Presiden RI Ke-2 Jenderal (Purn) H.M.Soeharto. Sedangkan masjid lama yang dirintis oleh O'Basalmah hingga kini masih tetap dilestarikan dengan fungsi yang berbeda.

Di padang luas Taman Victoria yang berada dibagian utara Masjid Kifayatul Abidin, sudah sejak lama dipakai untuk Shalat Hari Raya Iedul Fitri dan Iedul Adha. Salah satu diantara Imam dan Khatib tetapnya adalah Ustadz Ahmad Abubakar Degel, guru sekolah Al-Irsyad Bogor yang juga cucu dari Aisyah Bt Abdullah Basalmah, saudari kandung perempuan satu-satunya O' Basalmah. 

Karya-karya lukisannya menjadi saksi bisu rekaman alam yang kini sebagain besar sudah punah. Ia hampir tidak pernah melukis manusia, satu-satunya karya yang menampilkan potret diri adalah melukis seorang tokoh yang dikaguminya, ulama asal Iraq Sjech Junus Al-Bahri

Syech Junus merupakan salah satu editor majalah berbahasa arab "al Iraqi wal Quwaity" dan koran "Al-Haq". Dua majalah ini terbit di Bogor pada 1931 yang memuat banyak berita seputar dunia Islam dan Arab. 

Majalah Gatra (11/12/95) memberitakan wafatnya pelukis gaek keturunan Arab Oemar Basalmah yang meninggal dalam usia 86 tahun. Gatra menyebutnya sebagai "Macan Tua di Lembah Cisadane".

Agus Dermawan T, pengamat seni rupa Indonesia, dalam harian kompas menyatakan; "pelukis yang lebih tua usianya dari Basuki Abdullah, Rusli, Agus Djaya, Dullah dan Wahdi ini, adalah seorang pribadi yang low profile. Kehilangannya akan membekas di benak pengunjung Kebun Raya Bogor karena semasa hidupnya Omar Basalmah hampir setiap hari melukis di bawah keteduhan pohon-pohon rindang di Kebun Raya".

Karya O'Basalmah semuanya bercerita tentang alam, karena hidup sang pelukis menyatu dengan alam. Ia melukis langsung objek yang dipilihnya. Setiap pagi Ia menelusuri sungai cisadane sejak pukul 6 pagi hingga ke kebun raya. Karya-karyanya yang menjadi kenangan insan dunia seni lukis Indonesia diantaranya adalah; Babakan Ciparay, Nanggung, Mexico di Kebun Raya, Flamboyant, Pibuateun, Curug Cikundul, Kebun Raya Bogor, Curug Jompong, Sineumbre Ciwidey, Sanghiang Tikoro, Sukawayana, Curug Sibay, dan seabreg judul-judul lukisan lainnya.
Lukisan Kali Cisadane koleksi penulis

Oleh: Abdullah Abubakar Batarfie

2 Komentar untuk "O' Basalmah Macan Tua di Lembah Cisadane"

  1. Apakah lokasi rumah Oemar Basalamah ini berada sejajar dibawah SMPN 9 Bogor dan rel kereta api ?

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel